Minggu, 19 Mei 2013

Cerita Hot Aku Meniduri Guruku Sendiri


Cerita Hot Aku Meniduri Guruku Sendiri

End 15 Agustus 2013End 13 Juni 2013
Cerita Hot Aku Meniduri Guruku Sendiri - Kali ini Palingasik.com akan berikan postingan bagi sobat yang sudah dewasa dan cukup umur, bagi sobat yang belum dewasa dan cukup umur silahkan keluar dari artikel ini karna ini artikel khusus untuk dewasa. Pada sebelum nya saya telah bagikan artikel mengenai Cewek SMP Bugil Tanpa Sensor dan untuk kali ini saya akan mencoba berikan Cerita Hot terbaruCerita Hot paling baguscerita seks guru untuk sobat yang sedang mencari nya. Oke deh langsung saja berikut ini Cerita Hot Aku Meniduri Guruku Sendiri yang bisa sobat simak atau pantengin dibawah ini.

Cerita Dewasa Terbaru - Sebut saja namaku Etty (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.

Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.
Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, “Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.
“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.
Aku menjawab, “Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”. “Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”.
Aku dan teman-teman mengajak, “Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.
“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”!

Aku dan teman-teman bilang, “Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.
Ketika Pak Freddy mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.

“Alaa.., Etty, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.
Pak Freddy menjawab, “Ah! Ya, ndak apa-apa”.
Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.

“Sorry, ya Pak”.
Dia menjawab, “That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.

Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.
“Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.
Aku menjawab, “Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.
Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu”. Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, “Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”.
Dia tersenyum, “Saya kost di sini. Sendirian.”

Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, “Udah laper, Et?”.
Aku jawab, “Lumayan, Pak”.

Lalu dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”.
Langsung kujawab, “Ok-ok aja, Pak.”.
Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar.

Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.

Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.

Pak Freddy hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.
Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.
Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.
Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.
Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan”.
Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana”.
Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.
Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.

Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.
Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.
Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, “Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan.

Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit, Et”.
Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.
Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya.

“Enak, Et?”
“Lumayan, Pak”.
Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.
“Boleh saya seperti ini, Et?”.

Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.
Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Et”. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, “Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.

Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Freddy mengocok vaginaku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan berputar-putar.
Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku.

Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.
Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, “Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”.

Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, “tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.
Dia berkata lagi, “Sama, saya juga”.
Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.
Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.

Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu.

Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.

Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu.

Untuk cerita dewasa yang lebih lengkap dan hot silahkan kunjungi link dibawah ini Klik Disini

Demikian dulu untuk artikel yang berjudul Cerita Hot Aku Meniduri Guruku Sendiri yang telah saya berikan, terus pantengin situs Palingasik.com untuk melihat cerita dewasa atau foto hot dan bugil yang lebih mantap lagi sob. Dan cukup sekian untuk Cerita Hot terbaruCerita Hot paling baguscerita seks guru kali ini dan terima kasih sudah berkunjung!.
{ Read More }


Cerita Dewasa 2013 Cewek Manis dan Sexy


Cerita Dewasa 2013 Cewek Manis dan Sexy

End 15 Agustus 2013End 13 Juni 2013
Cerita Dewasa 2013 Cewek Manis dan Sexy - Hallo bro kembali lagi nih di postingan yang akan palingasik.com berikan kepada sobat sekalian yang sudah dewasa dan cukup umur. Perlu kami ingatkan bagi yang belum dewasa silahkan keluar dari halaman ini karna ini postingan khusus dewasa. Oke kali ini palingasik.com akan berikan artikel mengenai Cerita Dewasa 2013,cerita dewasa hot terbarucerita hot paling baru yang bisa sobat lihat nanti nya dibawah ini. Langsung saja bro berikut ini Cerita Dewasa 2013 Cewek Manis dan Sexy yang bisa langsung disimak atau dilihat dibawah ini.

cerita dewasa hot paling baru

cerita dewasa hot paling baru

Nama saya Citra (samaran), dan saya adalah mahasiswa semester 5 di salah satu universitas swasta ternama di bilangan Jakarta Pusat, dan apa yang akan saya ceritakan disini adalah kisah yang terjadi sekitar beberapa tahun yang lalu.

Cerita Dewasa 2013 Terbaru - Hari Rabu adalah hari yang paling melelahkan bagiku ketika semester lima, bagaimana tidak, hari itu aku ada tiga mata kuliah, dua yang pertama mulai jam 9 sampai jam tiga dan yang terakhir mulai jam lima sampai jam 7 malam, belum lagi kalau ada tugas bisa lebih lama deh. Ketika itu aku baru menyerahkan tugas diskusi kelompok sekitar jam 7 lebih. Waktu aku dan teman sekelompokku, si Dimas selesai, di kelas masih tersisa enam orang dan Pak Didi, sang dosen.

"Bareng yuk jalannya, parkir dimana Citra?" ajak Dimas
"Jauh nih, di deket psikologi, rada telat sih tadi"

Dimas pulang berjalan kaki karena kostnya sangat dekat dengan kampus. Sebenarnya kalau menemaniku dia harus memutar agak jauh dari jalan keluar yang menuju ke kostnya, mungkin dia ingin memperlihatkan naluri prianya dengan menemaniku ke tempat parkir yang kurang penerangan itu. Dia adalah teman seangkatanku dan pernah terlibat one night stand denganku. Orangnya sih lumayan cakep dengan rambut agak gondrong dan selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal sebagai buaya kampus.

Malam itu hanya tinggal beberapa kendaraan saja di tempat parkir itu. Terdengar bunyi sirine pendek saat kutekan remote mobilku. Akupun membuka pintu mobil dan berpamitan padanya. Ketika aku menutup pintu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh Dimas yang membuka pintu sebelah dan ikut masuk ke mobilku.

"Eeii.. mau ngapain kamu?" tanyaku sambil meronta karena Dimas mencoba mendekapku.

"Ayo dong Citra, kita kan sudah lama nggak melakukan hubungan badan nih, saya kangen sama vag|na kamu nih" katanya sambil menangkap tanganku.
"Ihh.. nggak mau ah, saya capek nih, lagian kita masih di tempat parkir gila!" tolakku sambil berusaha lepas.

Karena kalah tenaga dia makin mendesakku hingga mepet ke pintu mobil dan tangan satunya berhasil meraih payudaraku lalu meremasnya.
"Dimas.. jangan.. nggak mmhh!" dipotongnya kata-kataku dengan melumat bibirku.


Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Dimas menyingkap kaos hitam ketatku yang tak berlengan dan tangannya mulai menelusup ke balik BH-ku. Nafsuku terpancing, berangsur-angsur rontaanku pun melemah.

Rangsangannya dengan menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku memaksaku membuka mulut sehingga lidahnya langsung menerobos masuk dan menyapu telak rongga mulutku, mau tidak mau lidahku juga ikut bermain dengan lidahnya. Nafasku makin memburu ketika dia menurunkan cup BH ku dan mulai memilin-milin putingku yang kemerahan. Teringat kembali ketika aku ML dengannya di kostnya dulu. Kini aku mulai menerima perlakuannya, tanganku kulingkarkan pada lehernya dan membalas ciumannya dengan penuh gairah. Kira-kira setelah lima menitan kami ber-French kiss, dia melepaskan mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi tubuhku memanjang ke jok sebelah. Hari itu aku memakai bawahan berupa rok dari bahan jeans 5 cm diatas lutut, jadi begitu dia membuka kakiku, langsung terlihat olehnya pahaku yang putih mulus dan celana dalam pink-ku.
"Kamu tambah nafsuin aja Citra, saya sudah tegangan tinggi nih" katanya sambil menaruh tangannya dipahaku dan mulai mengelusnya.

Ketika elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu dari luar celana dalamku sehingga aku merintih dan menggeliat. Reaksiku membuat Dimas makin bernafsu, jari-jarinya mulai menyusup ke pinggiran celana dalamku dan bergerak seperti ular di permukaannya yang berbulu. Mataku terpedam sambil mendesah nikmat saat jarinya menyentuh klistorisku. Kemudian gigitan pelan pada pahaku, aku membuka mata dan melihatnya menundukkan badan menciumi pahaku. Jilatan itu terus merambat dan semakin jelas tujuannya, pangkal pahaku. Dia makin mendekatkan wajahnya ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku.

Dan.. oohh.. rasanya seperti tersengat waktu lidahnya menyentuh bibir vaginaku, tangan kanannya menahan celana dalamku yang disibakkan ke samping sementara tangan kirinya menjelajahi payudaraku yang telah terbuka.

Aku telah lepas kontrol, yang bisa kulakukan hanya mendesah dan menggeliat, lupa bahwa ini tempat yang kurang tepat, goyangan mobil ini pasti terlihat oleh orang di luar sana. Namun nafsu membuat kami terlambat menyadari semuanya. Di tengah gelombang birahi ini, tiba-tiba kami dikejutkan oleh sorotan senter beserta gedoran pada jendela di belakangku. Bukan main terkejutnya aku ketika menengok ke belakang dan melihat dua orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela, begitu juga Dimas, dia langsung tersentak bangun dari selangkanganku. Satu dari mereka menggedor lagi dan menyuruh kami turun dari mobil. Tadinya aku mau kabur, tapi sepertinya sudah tidak keburu, lagian takutnya kalau mereka mengejar dan memanggil yang lain akan semakin terbongkar skandal ini, maka kamipun memilih turun membicarakan masalah ini baik-baik dengan mereka setelah buru-buru kurapikan kembali pakaianku.

Mereka menuduh kami melakukan perbuatan mesum di areal kampus dan harus dilaporkan. Tentu saja kami tidak menginginkan hal itu terjadi sehingga terjadi perdebatan dan tawar-menawar di antara kami. Kemudian yang agak gemuk dan berkumis membisikkan sesuatu pada temannya, entah apa yang dibisikkan lalu keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku. Temannya yang tinggi dan berumur 40-an itu lalu berkata,

"Gini saja, bagaimana kalau kita pinjam sebentar cewek kamu buat biaya tutup mulut?"

Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak jauh dari selangkangan. Rupanya dalam hal ini Dimas cukup gentleman juga, walaupun dia bukan pacarku, tapi dia tetap membelaku dengan menawarkan sejumlah uang dan berbicara agak keras pada mereka. Di tengah situasi yang mulai memanas itu akupun maju memegangi tangan Dimas yang sudah terkepal kencang.

"Sudahlah Mas, nggak usah buang-buang duit sama tenaga, biar saya saja yang beresin" kataku

"Ok, bapak-bapak saya turuti kemauan kalian tapi sesudahnya jangan coba ungkit-ungkit lagi masalah ini!"

Walaupun Dimas keberatan dengan keputusanku, namun dia mau tidak mau menyerah juga. Aku sendiri meskipun kesal tapi juga menginginkannya untuk menuntaskan libidoku yang tanggung tadi, lagipula bermain dengan orang-orang seperti mereka bukan pertama kalinya bagiku. Singkat cerita kamipun digiring mereka ke gedung psikologi yang sudah sepi dan gelap, di ujung koridor kami disuruh masuk ke suatu ruangan yang adalah toilet pria. Salah seorang menekan sakelar hingga lampu menyala, cukup bersih juga dibanding toilet pria di fakultas lainnya pikirku.

"Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik kita ngerjain cewek kamu!" perintah yang tinggi itu pada Dimas.

Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku menatapi tubuhku dalam pakaian ketat itu. Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan punggungku ke tembok.

Kini aku dapat melihat nama-nama mereka yang tertera di atas kantong dadanya. Yang tinggi dan berusia sekitar pertengahan 40 itu namanya Egy, dan temannya yang berkumis itu bernama Romli. Pak Egy mengelusi pipiku sambil menyeringai mesum.

"Hehehe.. cantik, mulus.. wah beruntung banget kita malam ini!" katanya
"Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih?" tanya Pak Romli sambil menyalami tanganku dan membelainya dari telapak hingga pangkalnya, otomatis bulu-buluku merinding dan darahku berdesir dielus seperti itu.

"Citra" jawabku dengan agak bergetar.

"Wah Citra yah, nama yang indah kaya orangnya, pasti dalemnya juga indah" Pak Egy menimpali dan disambut gelak tawa mereka.

"Non Citra coba sun saya dong, boleh kan?" pinta Pak Romli memajukan wajahnya

Aku tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan satu kecupan pada wajahnya yang tidak tampan itu.

"Ahh..non Citra ini di mobil lebih berani masak di sini cuma ngecup aja sih, gini dong harusnya" Kata Pak Egy seraya menarik wajahku dan melumat bibirku.

Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya sudah mulai meremas-remas payudaraku dari luar. Lidahnya masuk bertemu lidahku, saling menjilat dan berpilin, bara birahi yang sempat padam kini mulai terbakar lagi, bahkan lebih dahsyat daripada sebelumnya. Aku makin berani dan memeluk Pak Egy, rambutnya kuremas sehingga topi satpamnya terjatuh. Sementara dibawah sana kurasakan sebuah tangan yang kasar meraba pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, disana Pak Romli mulai menyingkap rokku dan merabai pahaku.
Pak Egy melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya, dadaku. Kaos ketatku disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH pink, itupun juga langsung diturunkan.

"Wow teteknya montok banget non, putih lagi" komentarnya sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya.

Pak Romli juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Egy sambil mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Pak Romli yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras. Namun perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas.

Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga angin malam menerpa kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas. Pak Romli menyelipkan tangannya ke balik celana dalamku sehingga celana dalamku kelihatan menggembung. Tangan Pak Egy yang lainnya mengelusi belakang pahaku hingga pantatku. Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda. Aku merasakan vaginaku semakin basah saja karena gesekan-gesekan dari jari Pak Romli, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah. Pak Romli meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah kapan dia keluarkan.

"Waw..keras banget, mana diamaternya lebar lagi" kataku dalam hati
"bisa mati orgasme nih saya"

Aku mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok benda itu makin membengkak saja.


Pak Romli menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah oleh cairan vaginaku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu. Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku.

"Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain pantat si non yang putih mulus ini" celoteh Pak Romli sambil meremasi bongkahan pantatku yang sekal.
Aku menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana dalamku, disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki kanan.

"Pak masukin sekarang dong" pintaku yang sudah tidak sabar marasakan batang-batang besar itu menjejali vaginaku.

"Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama vag|na non, wangi sih!" kata Pak Romli yang sedang menjilati vaginaku yang terawat baik.
Pak Usep mendorong penisnya pada vaginaku, walaupun sudah becek oleh lendirku dan ludahnya, aku masih merasa nyeri karena penisnya yang tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan pen|s itu melesak hingga amblas seluruhnya. Tanpa memberiku waktu beradaptasi, dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi. Pak Egy sejak posisiku ditunggingkan masih betah berjongkok diantara tembok dan tubuhku sambil mengenyot dan meremas payudaraku yang tergantung persis anak sapi yang sedang menyusu dari induknya. Pak Romli terus menggenjotku dari belakang sambil sesekali tangannya menampar pantatku dan meninggalkan bercak merah di kulitnya yang putih. Genjotannya semakin mambawaku ke puncak birahi hingga akupun tak dapat menahan erangan panjang yang bersamaan dengan mengejangnya tubuhku.
Tak sampai lima menit dia pun mulai menyusul, penisnya yang terasa makin besar dan berdenyut-denyut menggesek makin cepat pada vaginaku yang sudah licin oleh cairan orgasme.

"Ooohh.. oohh.. di dalam yah non.. sudah mau nih" bujuknya dengan terus mendesah

"Ahh.. iyahh.. di dalam aja.. ahh" jawabku terengah-engah di tengah sisa-sisa orgasme panjang barusan.


Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya dengan pen|s menancap hingga pangkalnya pada vaginaku, tangannya meremas erat-erat pinggulku. Terasa olehku cairan hangat itu mengalir memenuhi rahimku, dia baru melepaskannya setelah semprotannya selesai. Tubuhku mungkin sudah ambruk kalau saja mereka tidak menyangganya kuhimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai. Setelah mereka melepaskan pegangannya, aku langsung bersandar pada tembok dan merosot hingga terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang berkeringat dan menghimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai, kedua pahaku mengangkang dan vaginaku belepotan cairan putih seperti susu kental manis.

"Hehehe..liat nih, air sperma saya ada di dalam vag|na wanita kamu" kata Pak Romli pada Dimas sambil membentangkan bibir vaginaku dengan jarinya, seolah ingin memamerkan cairan spermanya pada Dimas yang mereka kira pacarku.

Opps..omong-omong tentang Dimas, aku hampir saja melupakannya karena terlalu sibuk melayani kedua satpam ini, ternyata sejak tadi dia menikmati liveshow ini di sudut ruangan sambil mengocok-ngocok penisnya sendiri. Kasihan juga dia pikirku cuma bisa melihat tapi tidak boleh menikmati, dasar buaya sih, begitu pikirku. Sekarang, Pak Romli menarik rambutku dan menyuruhku berlutut dan membersihkan penisnya, Pak Egy yang sudah membuka celananya juga berdiri di sebelahku menyuruhku mengocok penisnya.

Hhmm..nikmat sekali rasanya menjilati penisnya yang berlumuran cairan kewanitaanku yang bercampur dengan sperma itu, kusapukan lidahku ke seluruh permukaannya hingga bersih mengkilap, setelah itu juga kuemut-emut daerah helmnya sambil tetap mengocok milik Pak Egy dengan tanganku. Aku melirik ke atas melihat reaksinya yang menggeram nikmat waktu kugelikitik lubang kencingnya dengan lidahku.

"Hei, sudah dong saya juga mau disepongin sama si non ini" potong Pak Egy ketika aku masih asyik memain-mainkan pen|s Pak Romli.

Pak Egy meraih kepalaku dan dibawanya ke penisnya yang langsung dijejali ke mulutku. Miliknya memang tidak sebesar Pak Romli, tapi aku suka dengan bentuknya lebih berurat dan lebih keras, ukurannya pun pas dimulutku yang mungil karena tidak setebal Pak Romli, tapi tetap saja tidak bisa masuk seluruhnya ke mulut karena cukup panjang. Aku mengeluarkan segala teknik menyepongku mulai dari mengulumnya hingga mengisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan kepalaku lebih dalam lagi. Waktu sedang enak-enak menyepong, tiba-tiba Dimas mengerang, memancingku menggerakkan mata padanya yang sedang orgasme swalayan, spermanya muncrat berceceran di lantai. Pasti dia sudah horny banget melihat adegan-adegan panasku.

Merasa cukup dengan pelayanan mulutku, Pak Egy mengangkat tubuhku hingga berdiri, lalu dihimpitnya tubuhku ke tembok dengan tubuhnya, kaki kananku diangkat sampai ke pinggangnya. Dari bawah aku merasakan penisnya melesak ke dalamku, maka mulailah dia mengaduk-aduk vaginaku dalam posisi berdiri. Berulang-ulang benda itu keluar-masuk pada vaginaku, yang paling kusuka adalah saat-saat ketika hentakan tubuh kami berlawanan arah, sehingga penisnya menghujam vaginaku lebih dalam, apalagi kalau dengan tenaga penuh, kalau sudah begitu wuihh.. seperti terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, aku hanya bisa mengekspresikannya dengan menjerit sejadi-jadinya dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong, kalau tidak bisa berabe nih. Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan telingaku, tanganya juga menjelajahi payudara, pantat, dan pahaku. Gelombang orgasme kini mulai melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak, akupun kembali menggelinjang dalam pelukannya. Saat itu dia sedang melumat bibirku sehingga yang keluar dari mulutku hanya erangan-erangan tertahan, air ludah belepotan di sekitar mulut kami. Di sudut lain aku melihat Pak Romli sedang beristirahat sambil merokok dan mengobrol dengan Dimas.

Pak Egy demikian bersemangatnya menyetubuhiku, bahkan ketika aku orgasmepun dia bukannya berhenti atau paling tidak memberiku istirahat tapi malah makin kencang. Kakiku yang satu diangkatnya sehingga aku tidak lagi berpijak di tanah disangga kedua tangan kekar itu. Tusukan-tusukannya terasa makin dalam saja membuat tubuhku makin tertekan ke tembok. Sungguh kagum aku dibuatnya karena dia masih mampu menggenjotku selama hampir setengah jam bahkan dengan intensitas genjotan yang stabil dan belum menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat kemudian dia menghentikan genjotannya, dengan pen|s tetap menancap di vaginaku, dia bawa tubuhku yang masih digendongnya ke arah kloset. Disana barulah dia turunkan aku, lalu dia sendiri duduk di atas tutup kloset.

"Huh..capek non, ayo sekarang gantian non yang goyang dong" perintahnya
Akupun dengan senang hati menurutinya, dalam posisi seperti ini aku dapat lebih mendominasi permainan dengan goyangan-goyangan mautku. Tanpa disuruh lagi aku menurunkan pantatku di pangkuannya, kuraih pen|s yang sudah licin itu dan kutuntun memasuki vaginaku. Setelah menduduki penisnya, aku terlebih dahulu melepaskan baju dan bra-ku yang masih menggantung supaya lebih lega, soalnya badanku sudah panas dan bemandikan keringat, yang masih tersisa di tubuhku hanya rokku yang sudah tersingkap hingga pinggang dan sepasang sepatu hak di kakiku. Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik-turun, sesekali aku melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Egy mengerang karena penisnya terasa diplintir. Kedua tangannya meremasi payudaraku dari belakang, mulutnya juga aktif mencupangi pundak dan leherku.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan besar yang menjambak rambutku dan mendongakkan wajahku ke atas. Dari atas wajah Pak Romli mendekat dan langsung melumat bibirku. Dimas yang sudah tidah bercelana juga mendekatiku, sepertinya dia sudah mendapat ijin untuk bergabung, dia menarik tanganku dan menggenggamkannya pada batang penisnya.

"Mmpphh.. mmhh!" desahku ditengah keroyokan ketiga orang itu.

Toilet yang sempit itu menjadi penuh sesak sehingga udara terasa makin panas dan pengap.


"Ayo dong Citra.. emut, sepongan kamu kan mantep banget"

Dimas menyodorkan penisnya kemulutku yang langsung kusambut dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Ini tentu saja membuat Dimas blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan Pak Egy dan mengocok penisnya Pak Romli, sibuk sekali aku dibuatnya.

Sesaat kemudian penisnya makin membesar dan berdenyuk-denyut, lalu dia menepuk punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Benar juga dugaanku, ternyata dia ingin melepaskan maninya di mulutku. Sekarang dengan posisi berlutut aku memainkan lidahku pada penisnya, dia mulai merem-melek dan menggumam tak jelas. Seseorang menarik pinggangku dari belakang membuat posisiku merangkak, aku tidak tahu siapa karena kepalaku dipegangi Pak Egy sehingga tidak bisa menengok belakang. Orang itu mendorongkan penisnya ke vaginaku dan mulai menggoyangnya perlahan.

Kalau dirasakan dari ukurannya sih sepertinya si Dimas karena yang ini ukurannya pas dan tidak menyesakkan seperti milik Pak Romli. Ketika sedang enak-enaknya menikmati genjotan Dimas pen|s di mulutku mulai bergetar
"Aahhkk.. saya mau keluar.. non"

Pak Egy kelabakan sambil menjambaki rambutku dan
creett..creett,

beberapa kali semprotan menerpa menerpa langit-langit mulutku, sebagian masuk ke tenggorokan, sebagian lainnya meleleh di pinggir bibirku karena banyaknya sehingga aku tak sanggup menampungnya lagi.

Aku terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan mendesah tak karuan, sesudah semprotannya berhenti aku melepaskannya dan menjilati cairan yang masih tersisa di batangnya. Dengan klimaksnya Pak Egy, aku bisa lebih berkonsentrasi pada serangan Dimas yang semakin mengganas.

Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dimas sangat pandai mengkombinasikan serangan halus dan keras, sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme sudah diambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Dimas menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan juga. Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalamku. Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku.

Aku langsung terkulai lemas di lantai dengan tubuh bersimbah peluh, untung lantainya kering sehingga tidak begitu jorok untuk berbaring di sana. Vaginaku rasanya panas sekali setelah bergesekan selama itu, dengan 3 macam pen|s lagi. Lututku juga terasa pegal karena dari tadi bertumpu di lantai. Setelah merasa cukup tenaga, aku berusaha bangkit dibantu Dimas. Dengan langkah gontai aku menuju wastafel untuk membasuh wajahku, lalu kuambil sisir dari tasku untuk membetulkan rambutku yang sudah kusut. Aku memunguti pakaianku yang berserakan dan memakainya kembali. Kami bersiap meninggalkan tempat itu.

"Lain kali kalau melakukan hubungan badan hati-hati, kalau ketangkap kan harus bagi-bagi" begitu kata Pak Egy sebagai salam perpisahan disertai tepukan pada pantatku.

"Citra.. Citra.. sori dong, kamu marah ya!" kata Dimas yang mengikutiku dari belakang dalam perjalananku menuju tempat parkir.
Dengan cueknya aku terus berjalan dan menepis tangannya ketika menangkap lenganku, dia jadi tambah bingung dan memohon terus. Setelah membuka pintu mobil barulah aku membalikkan badanku dan memberi sebuah kecupan di pipinya seraya berkata

"Saya nggak marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba yang lebih gila yah, see you, good night"

Dimas hanya bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu menyaksikan mobilku yang makin menjauh darinya.


Itulah Cerita Dewasa 2013 Cewek Manis dan Sexy yang telah sobat saksikan bersama. Cukup sekian dulu untuk artikel yang telah palingasik.com berikan kali ini, terus kunjungi situs kami yang beralamat di www.palingasik.com. Terima kasih sudah melihat Cerita Dewasa 2013,cerita dewasa hot terbarucerita hot paling baru. Sampai jumpa kembali diartikel selanjutnya.
{ Read More }


Sabtu, 18 Mei 2013

Cerita Dewasa 2013 Menghayal Seks dengan Dia


Cerita Dewasa 2013 Menghayal Seks dengan Dia

End 15 Agustus 2013End 13 Juni 2013
Cerita Dewasa 2013 Menghayal Seks dengan Dia - Hallo bro kembali lagi nih di postingan yang akan palingasik.com berikan kepada sobat sekalian yang sudah dewasa dan cukup umur. Perlu kami ingatkan bagi yang belum dewasa silahkan keluar dari halaman ini karna ini postingan khusus dewasa. Oke kali ini palingasik.com akan berikan artikel mengenai Cerita Dewasa 2013,cerita seks paling baru 2013cerita khusus dewasa terbaru yang bisa sobat lihat nanti nya dibawah ini. Langsung saja bro berikut ini Cerita Dewasa 2013 Menghayal Seks dengan Diayang bisa langsung disimak atau dilihat dibawah ini.

cerita seks paling baru 2013


Cerita Seks 2013 - Sudah setengah jam ini suara dengusan nafas yang memburu dan lenguhan penuh birahi terdengar sayup-sayup dari sebuah kamar kos di bilangan Jakarta Selatan. Suaranya tentu saja lebih heboh dan tidak beraturan bila di dalam ruangannya sendiri. Ethan sedang nafsu-nafsunya menggenjot Dea, anak

Psikologi semester 5, dengan posisi Missionaris. Tangan kiri Ethan menjambak rambut Dea, tangan kanannya sibuk meremas tak karuan toked Dea yang bulat kencang, dengan pinggul sibuk menggenjot naik turun. "Aahh.. ahh... egghh.. Thann.. janghan kenceng-kenceng ngocoknyaaa... Gue.. gue.. jadi mau kluarr lagiiii...." rengek Dea yang sudah kelelahan. Tapi, Ethan malah memutar-mutar pantatnya sehingga batang kontholnya semakin ganas mengobel-ngobel mhemek sempit si Dea. "Akh.. mhemek lo masih ngremes-ngremes jalan tol gue gini kok. Nih.. rasainn.." tukas Ethan. Benar saja, tak sampai semenit Dea sudah merasakan sensasi gatal mau meledak di sekujur selangkangannya. Sambil memeluk erat (plus cakaran di punggung), lenguhan klimaks Dea terdengan:"MMMHHHHH... HUUAGGHHH...EUUHHHH... FUCCKK...".

Dea kelonjotan, kepalanya mendongak, seluruh tubuhnya menegang karena sensasi kenikmatan yang membanjiri. "Gimana rasanya keluar yang ke-5 ini De?" tanya Ethan iseng. Masih megap-megap, Dea nyahut "Setan lo Than. Gila, gw sampai melengkung gara-gara orgasme". "Tapi enak kan.. hehehe" balas Ethan. "Iya sih" kata Dea dalam hati.

Cerita Dewasa 2013 - Tiba-tiba si Dea sadar sesuatu. Benda yang tebal besar masih mengganjal dalam mhemeknya. "Eh, Than, lo blum kluar ya?" tanya Dea khawatir. "Dikit lagi ya Yang" ujar Ethan sambil mulai mengeluar-masukkan kontholnya. "Hiya.. cepetan than" desah Dea lemas. Ethan memutar tubuh Dea, menginginkan posisi semi Doggy. Sambil memeluk guling, Dea mengangkat pantatnya yang bulat tinggi-tinggi sambil membuka pahanya lebar-lebar. Cengiran lebar Ethan muncul, melihat posisi yang konak habis. Mhemek Dea sudah basah kuyup dan warna pink-nya semakin semburat. Tanpa tedeng aling-aling, Ethan langsung membenamkan 3/4 kontholnya dan langsung masuk RPM tinggi. SLEP..SLEP..SLEP.. suara kecipak cairan birahi mhemek Dea hanya ditutupi oleh lenguhan Dea yang birahinya naik lagi. "Mulut aja lo ngomong cukup-cukup. Tapi kalo gw enthot, tetep aja lo demen" ejek Ethan. Tapi, gerakan genjotan Ethan sendiri semakin cepat dan tak karuan. Ujung pal-konnya sudah berdenyut-denyut. Sensasi gatal yang menuntut untuk di'garuk' semakin memuncak. "Hh..hhh...hahh...." dengus Ethan yang semakin bernafsu. "Thannn.. jangan di dalem keluarrnyaaa..." rengekan desperate Dea terdengar. Tapi, Dea sendiri sebenarnya sadar kalo si Ethan pasti akan ngeluarin di dalam. Ga ada tanda-tanda dia bakal nyabut kontholnya. Dea merasakan jalan tol yang semakin membengkak di dalam mhemeknya. Membuat Dea semakin blingsatan dan mau orgasme lagi.

"HIIAAHHHH......AUUUUUUUUHHHHHHHHHHH..." jeritan klimaks Dea membahana. Ethan juga tidak mau kalah. Sambil meremas kuat-kuat pantat Dea, Ethan menancapkan dalam-dalam kontholnya untuk membanjiri mhemek Dea dengan pejunya. "HUAHHH... ENNAKKKNYAA..." lenguh Ethan penuh kepuasan. Tulang-belulang serasa diloloskan dan lemas. Tapi, puasss. Setelah itu, Ethan langsung menindih tubuh Dea yang banjir keringat (dan banjir peju tentunya). Berbisik di telinga Dea "Gila, emang mantep banget ngenthot same elu pagi-pagi gini Dea". Dea cuma tersipu, tapi membales dengan agak ketus "Iya, tapi gue harus minum pil KB lagi. Males tau". "Hehehe.. ahh kan ga sebanding dg nikmatnya. Eh, Gue cabut dulu ya. Ada kuliah sejam lagi" kata Ethan. Tapi Dea tidak membalas, karena sudah jatuh tertidur. Lemesss... Sambil-sambil cengar-cengir puas, Ethan mandi dan bersiap-siap cabut dari kos Dea. Sebelum berangkat, Ethan menikmati pemandangan tubuh bugil Dea yang tertidur pulas. Dea anak Bogor dengan tubuh cukup mungil (cuma 158cm tingginya), tapi punya pantat bulat dan kencang. Tokednya yang kencang dan bulat (34B), terlihat besar karena tubuhnya yang mungil. "Lumayanlah.. Gratis ini" batin Ethan. Dan meluncurlah Ethan ke kampusnya di kisaran Jakarta Selatan juga.


Nafsu sudah tersalurkan, badan bersih habis mandi, pikiran Ethan jernih dan rasanya siap hadapi kuliah Pak Marto. Jalanan Jakarta pukul 9 sudah macet. Tapi, Ethan tenang saja karena kuliahnya baru mulai jam 10. Paling jam 9.45 sudah sampai. Masih sempat kongkow-kongkow dulu di kantin. Kali-kali ada cewek bening yang nyantol wk. Kampus S sudah ramai. Berbagai macam mahasiwa dan mahasiswi sibuk berkeliaran di koridor atau berkumpul duduk-duduk di plasa. Mata Ethan cepat menyisiri areal kampus, mencari-cari teman-temannya. "Yeh, itu dia anak-anak kampret" batin Ethan sambil berjalan cepat ke pojok plasa. Roy yang melihat si Ethan menghampiri, langsung bangkit dan menonjok Ethan. Sambil memiting leher Ethan, Roy berbisik "Setan kampret! Lo habis garap si Dea anak psikologi kan? Gue liat lo semalem di Kemang". Senyum tulus Ethan langsung terbit "Eh, kok lo tau. Cuma sekali semalem, sekali lagi paginya kok. Dan gw jamin, dienya puas. Lo tenang aja sob." imbuh Ethan. Jepitan Roy semakin keras "Bukan itu maksud gue buduk! Gue juga ngincer diaaa..!" Mimik memelas Ethan langsung muncul "Aduh sory SOb. Gue betul-betul ga tau. Lagian ini semua salah si Dea. Ngapain pake tank top pas minta temenin Gue nyari buku kemarin. Ya mana tahan gue." Roy jelas-jelas tidak terima dengan penjelasan Ethan yang tidak bertanggung jawab "Pokoknya, ntar sore lo harus makcomblangin gw ama die. Gue udah pengen ngremes bokongnya dari kapan tau." Demi menyelamatkan kepalanya, Ethan dengan suka cita menyetujui permintaan Roy. Begitu Ethan setuju, cengir lebar Roy langsung muncul. "Jago ga dia, Than? Males gue kalo masih amatir" tanya Roy antusias. "Lumayan Sob. There're still room for improvement. But overall, she's GOOD!" balas Ethan sambil acungin jempol. Sambil terkekeh-kekeh penuh aura mesum, kedua penjahat kelamin itu melangkah menuju kelas, karena Pak Marto sudah terlihat di ambang pintu.
Setelah 1 mata kuliah lainnya yang selesai pukul 4 sore, Ethan & Roy berjalan cepat penuh nafsu (Roy aja sih. Ethan sedikit kurang termotivasi jalan ke Fak Psikologi karena kurangnya insentif buat dirinya). Di koridor menuju areal parkir mereka berpapasan dengan cewek berambut pendek brunette yang sexy. "Hai Vani.." sapa Ethan berusaha semanis mungkin. Tapi, tetap dengan nuansa mesum. Vani yang hari itu memakai halter neck ungu tanpa lengan dengan celana jeans skinny gelap sehingga pantatnya yang montok tercetak jelas malah hanya meleletkan lidah ke arah Ethan sambil berlalu cuek (siapakah Vani? Baca yang disini ya). "Wuiihh... Than, lo lihat ga? Perasaan tokednya Vani makin gede aja. Aduuhh.. gue mau bayar berapa aja biar bisa ngremesin tu melon" ratap Roy penuh harap sambil terus memandangi pantat Vani yang megal-megol menjauh. "Emang mantep & kenyal banget toked tuh anak" ujar Ethan. Si Roy langsung memandang Ethan tajam "Kaya lo pernah megang aja. Gue aja ditolak dengan sukses pas ngajak di nge-date. Gue bayarin lo full time di ******** kalo lo bisa bawa Vani ke tempat tidur" tantang Roy. Ethan langsung semangat "Bener ya? Awas lo, jangan kabur lo ya". "IYA. Roy ga pernah ingkar janji kecuali ke cewek" balas Roy dengan jantannya. Ethan cengar-cengir senang. Dia ga pernah cerita ke Roy storynya dengan Vani. Walo dalam hati Ethan agak ga yakin gimana caranya ngajak Vani ngenthot lagi. Sejak itu si Vani jaga jarak dan sok cool gitu kepada Ethan. "Ya udahlah. Dipikir nanti aja. Sekarang beresin urusan si kupret satu ini dulu dengan Dea" batin Ethan.


Di Fak Psikologi suasana sudah mulai lengang. Cuma ada beberapa mahasiswa-mahasiswi yang berkeliaran untuk ikut kuliah terakhir hari itu. Tiba-tiba terdengar teriakan manis memanggil Ethan "Ethaannnnn....". Sesosok cewek manis berlari kecil menuju Ethan & Roy. Melihat Dea datang, Roy langsung meremas tangan Ethan kuat-kuat. Yang ditepiskan dengan kasar oleh Ethan. "Ngehek. Apa pikiran orang kalo lihat dua cowok tinggi besar pegang-pegangan tangan di tempat umum?" bisik Ethan sebel. Begitu menemui Ethan, Dea langsung dengan centilnya menggandeng tangan Ethan. "Jadi kan temenin gue Supermarket?" tanya Dea. Sikutan keras terasa di rusuk Ethan. Ethan langsung tanggap "Wah sory Dea. Gue ga bisa. Mendadak bokap minta dianterin ke Bintaro. Sory banget ya." Dea langsung cemberut "Yahhh, kok gitu sih lo". "Tapi tenang neng... Temen gue yang ganteng ini bersedia untuk nganterin" ujar Ethan cepat-cepat sambil menepuk-nepuk bahu Roy. "Ya udahlah" terima Dea pasrah. Roy hampir melonjak kegirangan. "Tapi awas kalo lo coba-coba ngajak gue ke tempat tidur" ancam Dea ke Roy. "Eh.. nggak lah" jawab Roy salah tingkah dan bingung (Lah rugi dong gue, kali pikir si Roy). Dea ngomong lagi "Eh, tapi anterin gue balik kelas bentar ya. Ada yang mo gue ambil". Mereka bertiga beriringan menuju kelas Dea.


Di kelas, Dea langsung menghampiri seorang cewek yang masih sibuk dengan HPnya. Mata Ethan & Roy langsung membesar melihat itu cewek. "Buseeettt.... hot juga yaa..." pikir mereka berdua dengan sinkronnya. Dengan berlari centil, kedua cowok mesum ini langsung menghampiri Dea dan temannya. "Don, ini gue kenalin sama Ethan & Roy. "Hai Donna" sapa Ethan & Roy kompak. Donna memang one hell of a equipment. Ketika Donna berdiri untuk menyalami kedua mahkluk menyedihkan itu, Ethan bisa menikmati seluruh lekuk tubuhnya. Dengan tinggi hampir 175cm, tubuhnya yang berlekuk indah jadi makin menawan. "Hmm bodynya OK banget. Tokednya paling 34-an. Tapi, kelihatannya mancung" terawang Ethan sambil curi-curi pandang ke toked Donna yang tidak terlalu jelas terlihat karena Donna menggunakan kemeja putih agak longgar lengan panjang yg dilipat sampai ke siku. Wajah oval Donna lebih ke manis dan menyenangkan, timbang dibilang cantik. "Tapi, dengan body se-hot , tampang udah jadi no3" batin Ethan. Suara Dea membuyarkan pikiran mesum Ethan. “Don, kita perginya jadinya sama si Roy. Ethan ada urusan sama bokapnya di Bintaro”. “O gitu. Yaudah, bisa kita pergi sekarang” Tanya Donna. “Eh, Donna juga ikut?” Tanya Ethan kaget. “Iya. Nyesel sekarang lo batal antar gue?” sepet Dea pedes. “Agak sih” kata Ethan polos. Donna tertawa kecil mendengarnya. “Aduuhh.. jadi tambah nggemesin ni anak kalo ketawa” batin Ethan. “Tapi tengsin gue kalo narik kata-kata gue. Lagian ga enak sama si Roy. Moga-moga aja si Donna ga tergoda threesome sama kupret ini” doa Ethan dalam hati. Mereka pun berpisah.


Ethan menyetir mobilnya santai menuju kostnya di daerah Cilandak. Walopun bonyok anak ini tinggaldi Jakarta juga, sejak kuliah Ethan sudah ngekost. Bonyoknya juga tidak mempermasalahkan. Toh kalo kehabisan duit ni anak juga pulang, pikir mereka. Lagian mereka juga sebel liatin tingkah Ethan nyelundupin cewek-cewek ke kamarnya. Dipikir kita-kita ga tu kali ya, pikir bonyoknya. Jadilah Ethan ngekost, pisah tinggal dari bonyoknya. Everybody happy. Mampir warung padang untuk makan, 45 menit kemudian Ethan sudah di jalanan lagi. Tiba-tiba HP Ethan berdering. Nyokapnya telepon. “Than, mampir ke Ace hardware dong. Beliin mama curtain showare yang baru. Plus Selang semprotan buat toilet juga. Yang warna.hitam ya selangnya, biar matching sama toiletnya” ujar Mamanya Ethan genit. “Lha, napa ga minta pak Sudin aja Ma yang beli” Ethan menyebut nama sopir keluarga mereka. “Pak Sudin nganterin Papa ke Bintaro lihat ruko yang mau dijual itu”. “Eh kok bisa pas ya Papa ke Bintaro hari ini” Ethan ga habis pikir. Berbaliklah mobil Ethan menuju Ace Hardware Fatmawati..


Sesampainya di Ace Hardware, Ethan langsung naik ke lantai 3 menuju tempat dijualnya peralatan untuk kamar mandi dan toilet. Tapi di lantai 2, mata & radar Ethan yang awas menangkap gerakan mahkluk sexy. “Weh, kayaknya boleh nih. Tapi kok gw kaya kenal nih cewek”pikir Ethan sambil berjalan menghampiri seorang cewek yang sedang melihat-lihat lampu duduk. “Lho, Donna. Ngapain lo disini? Bukannya mo ke Carrefour?” Tanya Ethan surprise. Donna agak kaget, tapi senyumnya langsung mengembang melihat Ethan (pada saat yang sama jalan tol Ethan juga mulai mengembang). “Udah tadi. Sekarang gue lagi nyari lampu hias buat di rumah. Nyokap nyuruh. Dea juga lagi nyari kursi malas kecil buat di kost” kata Donna ramah. Ethan tidak berkedip memandang bibir Donna yang penuh dan sensual, yang menelurkan kata demi kata dengan indahnya. “Aduhh, bisa ga ya gue nidurin si Donna” harap Ethan sepenuh hati dan sepenuh jalan tol. Akhirnya Ethan menemani Donna memilih-milih lampu, kemudian mereka berdua menuju bagian peratalan mandi. Sepanjang waktu itu Ethan mulai menebarkan jurus-jurus andalannya agar si Donna terpikat. Tapi, Ethan merasa Donna masih anteng-anteng aja. Tiba-tiba ucapan Donna berikutnya mengagetkan Ethan “Than, lo aja yang nganterin gue pulang ya”. “Lah, emang napa sama si Roy & Dea” Tanya Ethan antusias (yang masih berusaha ditutup-tutupi ambisinya). “Lo liat aja sendiri deh” kata Donna sambil menarik tangan Ethan ke pojok lantai 2 yang sepi. “Waow.. waow.. agresif juga ne cewek” sorak Ethan dalam hati. Dipojokan rak-rak yang tinggi, Ethan baru sadar makna ucapan Donna. Di situ Ethan melihat si Dea bergelayutan ke lengan Roy. Sedang tangan Roy dengan aktifnya meremas-remas pantat sekal si Dea. Bahkan kadang-kadang jari tengahnya kaya menekan-nekan di area lubang pantatnya. Membuat Dea menggelinjang-gelinjang dan membalas dengan gigitan kecil ke lengan Roy. “Busyet. Jago amat si Roy. Ilmunya naek setingkat lagi neh. Dulu butuh minimal 2 hari buat nidurin cewek. Sekarang itungin jam, udah bisa remes-remes bokong. Kampret! Gue jadi makin konak neh” runtuk Ethan dalam hati. “Ya gitu itu. Mereka bedua udah kaya gitu semenjak di Carrefour” ucap Donna agak sebel. “Bentar lagi gue rasa kepala si Roy udah nyusup ke selangkangan si Dea” analisis Ethan dengan tajam. “Hihihi.. gue setuju Than” balas Donna terkikik kecil. “Eh, tadi mukanya agak merah ya si Donna?” harap Ethan. Ethan mendekati kedua pasangan yang sedang di mabuk birahi itu. Kemudian dengan kasarnya ditaboknya si Roy. “Woi, cari kamar napa?” sentak Ethan. Gelagepan si Roy dan Dea cepat-cepat ambil jarak. “Anjrit lo Than! Ngagetin aja” tukas Roy yang lega cuma Ethan yang nge-gap tingkah mereka. Dea juga membalas dengan menghadiahi Ethan cubitan bertubi-tubi. Donna langsung berkata “De, gue pulang bareng Ethan ya. Kasian kalo Roy nganter gue dulu. Kan muter lagi arahnya ke kos lo”. “Ya udahlah kalo gitu. Sorry ya Don”. Kemudian Dea berpaling ke Ethan “Lo gapapa kan nganter Donna? Eh, btw ngapain lo dimari?” Tanya Dea curiga. “Nyokap minta dibeliin curtain shower” jawab Ethan cepat.


Selanjutnya mereka berempat langsung menuju kasir dan setelahnya langsung bergegas ke mobil masing-masing. “Asyiikkk… Gue punya kesempatan untuk deketin Donna. Kalo emang jodoh, ga akan kemana hihihihi” pikir Ethan bahagia. Tapi, baru aja mau memundurkan mobil, Roy tiba-tiba menggedor jendela Ethan. ”Sob, sorry banget. Lo keliatannya harus nganterin kita bertiga deh. Boil gue mogok” kata Roy tanpa beban. “bangs*t lo Roy” desis Ethan kesal setengah konak. “Tunggu 15 menit ya, sampe derek bengkel gue datang” tambah Roy. "Bisa ga ya gue nidurin Donna" runtuk Ethan dalam hati.
--------------------


20 menit kemudian mobil Ethan baru meluncur keluar dari Ace Hardware. Tampang Ethan tertekuk. Buyar sudah semua rencananya. Mana kedua mahkluk itu terkikik-kikik mesum di jok belakang. Bikin Ethan ga tahan bolak-balik noleh belakang. “Buseett.. udah mulai cipokan aja” runtuk Ethan. Di jok belakang, Roy sudah mulai gencar menyerang pertahanan Dea, yang memang ga bikin pertahanan sama sekali. Bibir Roy yang agak tebal sudah melumat bibir mungil Dea. Kadang Roy menggigit-gigit kecil bibir bawah Dea sehingga membuat Dea terkikik-kikik. Tangan kiri Roy sudah masuk dari bawah t-shirt Dea dan sibuk meremas-remas toked Dea yang bulat kencang itu. Tawa kecil Dea berubah menjadi dengusan nafas yang memburu, ketika Roy mulai memilin-milin puting Dea sambil menjilati lehernya.
“Woe, lo bedua bisa ga nahan sampe kos dulu?” Tanya Ethan tanpa harapan. “Udeh lo nyetir aja Pir. Jangan pikirin kita bedua. “ jawab Roy seenaknya. “Iyaah nih Ethan rese. Hhhhh.. uhhh” tambah Dea disela-sela desahannya. “Don, lo servis Ethan napa..ehh..ahhh..” kata Dea lagi. Semburat merah muncul di wajah Donna. “Enak aja lo ngomong” jawab Donna agak tengsin. Tapi, Ethan yakin, pas ngomong gitu si Donna ngelirik dirinya (tapi memang dasarnya nih orang super PD). Ketika Ethan menoleh ke arah Donna, Donna langsung berkata tegas “Ga usah mikir macem-macem lo ya!” “Eh nggak kok Don. Gue Cuma mikir gimana caranya biar cepet sampe dan cepet lepas dari kedua mahkluk konak di belakang” jawab Ethan innocent. “Iya nih. Dasar Dea geblek” runtuk Donna sambil memanyunkan bibirnya.


Tapi situasi di jok belakang semakin tidak terkendali. Desahan Dea sudah berubah mejadi lenguhan liar. Ethan & Donna juga sudah mulai mendengar bunyi berkecipakan becek. Slep.. slep.. slep… “Auuhhhh… huaahhhhh.. ahhhhh.. ahhhh…” lenguh Dea yang keenakan mhemeknya dikocok oleh Roy. Tangan Roy yang sudah menyelusup ke dalam celan Dea, dengan aktif jari tengah & telunjuknya mengobel-ngobel mhemek Dea yang rapat dan becek. Tendangan Dea tiba-tiba menghentak jok Ethan ketika orgasmenya meledak. “EAAHHHHHHH… AGGHHHHHH…. GUE KELUARRRR…!!!” jerit Dea penuh kepuasan. Cengiran lebar menghiasi wajah Roy. “bangs*t lo bedua. Udah sampe neh. Sana keluar dari mobil gue. Sekaraangg..!!! Bentak Ethan. Cepat-cepat Dea & Roy merapikan pakaian masing-masing dan keluar dari mobil Ethan. Cengiran lebar keduanya mengiringi langkah mereka menuju kamar kos Dea untuk menuntaskan apa yang mereka sudah mulai.
Selama 10 menit Ethan dan Donna diam saja. Ethan bingung mau mulai speak-speak dari mana, karena tingkah Roy-Dea tadi merusak semua scenario yang sudah disusunnya. Donna juga keliatan masih agak jengah. Jadi Ethan menyalakan radio. Mendengar lagu-lagu yang keluar, si Donna jadi keliatan lebih relaks. Mereka mulai membicarakan lagu-lagu yang sedang dimainkan. Tapi, ketika penyiar radionya mulai bicara, topiknya ternyata tentang seksologi; tepatnya tentang multi orgasme pada wanita, Ethan jadi panik lagi. Takut mood Donna jadi rusak. Ethan sudah mau pindahkan gelombang, ketika tiba-tiba Donna berkata “Emang ada ya cewe yang bisa orgasme sampe berkali-kali?” Ethan yang masih agak kaget akan pertanyaan tersebut butuh 3 detik untuk bisa menjawab “Seingat gue, sebagian besar cewek yang gue kenal kalo orgasme lebih dari 2 kali. Termasuk multi kan tuh”. “Masksud lo cewek yang pernah lo tiduri?” tukas Donna tangkas. “He-eh, iya. Gitu deh” jawab Ethan agak tersipu-sipu. “Lah, emang kalo elo nge-sex sama cowo lo biasanya orgasme berapa kali” Tanya Ethan polos. Dengan agak malu-malu Donna menjawab “Satu kali lah. Biasanya hampir barengan ama cowo gue. “Lah emang pas foreplay ga orgasme?” Tanya Ethan lagi. “Foreplay kan cuma bentar, gimana bisa orgasme gue” tandas Donna heran. “Berarti bokin lo yang kurang sabar nggarap lo di foreplay-nya. Pengen cepet-cepet nancepin batangnya” jawab Ethan. “Lah, lo liat tadi, si Dea dikobel-kobel sama si Roy hampir 10 menit kan. Makanya tadi bisa sampe keluar gitu. Pake acara nendang jok gue segala pula” kata Ethan masih agak sebel. “Bener juga ya. Gue ga pernah mikir sampe situ. Iihhhh.. jadi horny nih” batin Donna. Mendengar jawaban dan melihat reaksi Donna, Ethan langsung paham kalo nih cewek pengalaman seksnya masih kurang. Atau paling nggak partner sexnya selama ini pada kurang jago. Jadinya dia belum mengeksplore seluruh potensi seksnya.”Hihihihi.. pasti bisa gue enthot si Donna” pikir Ethan dengan bahagianya.


Tahap ke-1: Tunjukkan bahwa si cewek punya masalah dengan kehidupan seksnya dan kita perhatian dan bersedia untuk ‘membantu’ untuk mengatasinya (pada tahap ini ‘bantuan’ sebatas saran Bro. Begitu kata pakar mesum Dr. Ethan). “Nurut pengalaman gue ya Don, dan dari artikel-artikel seksologi yang pernah gue baca, cewe itu lebih susah capai klimaksnya dibanding cowok. Walo kaya Dea tadi dia udeh keluar sekali. Tapi itu baru orgasme kecil. Si Dea belum capai klimaksnya. Lah, kalo si Roy sudah maen tancep aja dari menit-menit awal, bisa barengan mereka. Habis itu game over dah. Kasihan ceweknya. Kalo cowok udah keluar, rata-rata butuh setengah jam lagi bisa ngaceng lagi. Kebanyakan langsung molor” kata Ethan panjang lebar kaya ahli beneran. “Iya, cowo gue kaya gitu tuh. Kalo udah puas, langsung molor” saut Donna bersemangat. “Itulah sebabnya si cowok sebaiknya di menit-menit awal permainan, merangsang ceweknya, kalo bisa sampe si cewe orgasme. Fokus di daerah-daerah sensitif si cewek, Remas-remas tokednya, pilin-pilin dan jilatin putingnya, gigit-gitiin perutnya, mhemeknya dikobel-kobel” tambah Ethan lagi. “Iihh.. Ethan bahasanya vulgar banget. Gue kan jengah” kata Donna malu. “Weh, sorry Don. Baru sekali ini bahas kaya ginian sama cewek. Biasanya cuma antar cowok. Makanya bahasanya ngaco gini. Gapapa ya. Biar gampang gue neranginnya “Ethan menjelaskan (ini jelas-jelas bohong besar. Ethan malah seringnya menjelaskan ini ke cewek yang lagi curhat dan pengen dilahap sama Ethan). “Ya udah, tersera lo lah Than. Tapi, gue baru sadar kalo gue bisa lebih menikmati ngeseks ya. Selama ini ada yang mengganjal setiap gue habis ngeseks, ternyata gue belum klimaks kali ya” kata Donna agak menerawang. “Yesss.. Tahap 1 clear” sorak Ethan dalam hati.


Tahap ke-2: Kalo cewe merespon baik penjelasan di tahap 1 (ditunjukkan adanya pertanyaan dan mengikuti alur penjelasan. Kalo si cewek cuek-cuek aja atau malah berusaha mengalihkan topik, berarti penjelasan lo ga masuk di hatinya . Rugi ajak kalo masuk ke tahap ke-2), kita bisa masuk ke tahap ke-2, yaitu: mensimulasi situasi dimana si cewek mendapat treatment seksnya yang menjadi solusi masalahnya. Disini cowok harus pinter-pinter milih kata-kata dan intonasi (atau pitch control ). Tapi inget ya, kalo cewe target lo dasarnya berjiwa lonte ato matre, kagak perlu sampe repot-repot begini. Ajak minum ato tawarin duit, langsung aja coblos. Ini cuma buat cewek-cewek yang punya kelas.


“Don, mau gue kasi tips ga buat Lo dan cowok lo agar seks kalian lebih asyik lagi” Ethan menawarkan. “Mau.. mau than..” sambut Donna agak kelewat bersemangat, yang kemudian dia jadi agak malu sendiri. “Gini caranya, lo harus bayangin apa yang gue katakan. Lo inget-inget sensasinya. Jadi lo bisa lebih mudah njelasinnya ke cowok lo past nge-seks nanti. Si Donna tidak sadar kalo laju mobil jadi jauh lebih melambat. “Pejemin mata lo Don. Bayangin lo lagi bercumbu sama Cowo lo” Ethan memulai therapinya. “Eh btw, lo paling demen di rangsang dimana sih” Tanya Ethan sok tanpa tendensi. “Di susu gue Than” jawab Donna pelan dengan wajah memerah. “Ok. Pejemin mata lo lagi. Bayangin bibir lo bedua sudah saling melumat. Dia gigit-gigit bibir bawah lo. Lidahnya sekali-kali masuk ke dalam mulut lo, dan mainin lidah lo. Tangannya mulai meremas-remas toked lo. Awalnya pelan-pelan, terus semakin keras, semakin kasar. Putting lo di pilin-pilin, dan sekali-kali ditarik.”. Donna yang memejamkan mata, nafasnya mulai agak memburu. Dadanya naik turun lebih cepat. Ethan semakin bersemangat “Cowok lo mulai nyiumin leher lo. Turun terus, sampai di toked lo. Toked lo masih diremas-remas, sambil digigit-gigit. Puting lo diisep kuat-kuat. Lidah cowok lo mainin puting lo”. Pada saat itu, Donna sebenarnya sudah horny berat. Cuma rasa tengsin dan ego saja yang mencegahnya menerkam Ethan dan mengajaknya bergumul. Tangan Donna menegang dan meremas jok mobil kuat-kuat. Bibir bawahnya digigit kuat-kuat. Kata-kata Ethan mengalir masuk melalui kupingnya, membawa aliran hangat ke tokednya. Putingnya menegang dan gatal ingin dihisap. “Huummppfffff aduhh mhemek gue gatel banget. Udah mulai banjir rasanya dibawah” desah Donna dalam hati. Tapi Donna tidak ingin berhenti. Donna suka sensasi ini. Ditambah ada cowo asing disebelahnya, malah membuat sensasi itu semakin kuat. “Cowo lo masih menjilati puting lo. Tangan kirinya meremas-meremas toked lo dengan kasarnya. Sedang tangan kanannya mulai membelai-belai selangkangan lo. Donna mendesah agak keras “Ehhhmmm….Uhh..”. Tangan kanannya mulai membuka celana lo dan menurunkan resleting lo. Jari tengahnya mulai membelai bibir mhemek lo. Eh, Don gue ga bisa nerusin neh” potong Ethan tiba-tiba.


Donna yang libidonya semakin memuncak, membuka mata dengan kaget “Eh napaa..? Tanya Donna lebih keras dari yang diinginkannya. “Habis kemeja lo ga dikancing atasnya. Jadinya gue bisa ngliat sebagian besar belahan toked lo dari samping sini. Jadi ga konsen lah gue. Sorry ya, gue jadi horny sendiri “kata Ethan tampak penuh penyasalan (percayalah pembaca, ini cuma akting die aja). Donna memang tidak mengancingkan 2 kancing atas kemeja putihnya. Belahan tokednya, dan sebagian isinya, bisa terlihat jelas dari sisi Ethan. Apalagi ketika Donna semakin horny, tubuhnya semakin menegak dan dadanya semakin membusung, membuat Ethan semakin jelas melihat belahan toked Donna. “Wah sory Than, bukannya gue ga mau ngancingin. Emang ga bisa gue kancingin “jawab Donna tersipu. “Sory ya Than. Apa yang bisa gue bantu?” tawaran Donna mengejutkan Ethan. Dan langsung reflek dijawab “Kasi gue blow job dong Dona”. Muka Donna bersemu tambah merah lagi “Ih, kamu maunya”. Karena tidak terlihat reaksi penolakan yang berlebih, Ethan memberanikan diri meraih pundak Donna dan menarik Donna mendekati dirinya dan langsung melumat bibir Donna yang sensual. Donna membalas cipokan Ethan selama beberapa detik, kemudian melepaskan diri dan berkata “Cuma blowjob aja ya. Lo jangan grepe-grepe gue. Awas lo” ancam Donna manis. “Iya, gue usahakan” cengir Ethan sambil berusaha melepaskan sabuknya dengan tangan kiri. Walaupun Donna masih agak malu-malu, tapi sensasi gatal di dada dan selangkangannya mengatasi logikanya sehingga keinginannya untuk menjamah jalan tol Ethan menang. Donna membuka celana Ethan, dan terlonjok kaget ketika jalan tol Ethan yang 17.5cm meloncat keluar “Ehh.. gede banget!” pekik Donna ga sadar. “Aduhh.. cukup ga ya mulut gue” batin Donna. Tapi karena tangan kiri Ethan sudah menekan kepala Donna, Donna tidak sempat berpikir ulang lagi dan langsung membuka mulutnya untuk mencaplok palkon Ethan. “Ehhmm…” desah Ethan keenakan ketika Donna mulai mengemut-ngemut palkonnya. Rasa geli dan nikmat menjalar di seluruh jalan tol, selangkangan dan menjalar keseluruh tubuh. Sambil tangan kanannya mengocok jalan tol Ethan, bibir Donna melumat-lumat palkon dengan penuh nafsu. Lidah Donna kadang-kadang menjilati lubang jalan tol dan sepanjang batang jalan tol Ethan. Ethan mulai blingsatan duduknya. Konsen menyetir jadi lebih susah lagi. Untung jalanan macet, jadi jalan pelan banget.


Tangan Ethan menjambak rambut Donna, dan memaksanya menelan kontholnya lebih dalam lagi, kemudian mengocoknya dengan gerakan kepala naik turun. Donna agak megap-megap melakukan manuver ini karena jalan tol Ethan yang hampir 5cm lebarnya betul-betul memenuhi mulutnya. Ethan yang makin horny semakin tidak tahan memegang janjinya untuk tidak grepe-grepe. Apalagi melihat Donna yang penuh nafsu menyepong kontholnya. Tangan kirinya bergerak ke bawah badan Donna dan menyasar area tokednya. Dengan mudah toked Donna diraih oleh Ethan. Langsung menyusup kedalam kemejanya, dan meremas toked montok dari balik bra Donna. Donna sempat kaget ketika tokednya tiba-tiba diremas “Ughhh..si Ethan kurang ajar banget sih. Toked gue diremes-remes.. Tapi enak banget.. Gue stop ga ya” pikir Donna bingung ambil keputusan. Tapi, pada saat itu tangan Ethan malah berenti meremas-remas toked Donna. Donna yang sedikit merasa sayang, meneruskan blowjobya. Sebenarnya Ethan malah berusaha melepas kaitan BH Donna, yang untungnya, ada dibelakang. Dengan jari yang sudah terlatih, kaitan BH langsung lepas. Donna juga langsung merasakan bahwa tokednya langsung jatuh bebas tidak ada lagi yang menyangga. Belum sempat melepaskan jalan tol Ethan dari mulutnya, Donna sudah merasakan jemari kasar Ethan menjamah dan langsung meremas-remas tokednya yang kini tanpa pelindung. Sensasinya luar biasa..! Libido Donna langsung naik tinggi. “Ethannn.. sialan Lo. Kan udah janji eahh.. hahhhhh…” ucapan Donna terputus desahan erotisnya karena Ethan memilin-milin putingnya dengan ahli. Rasa gatal di areola tokednya yang sedari tadi terpendam, langsung bereaksi dan menebarkan sensai nikmat yang sangat. Tubuh Donna menggeliat-geliat tanpa bisa ditahan. “ Ajrit! Ternyata toked ni anak gede bener. Ini sih 36D! Mana kenyal banget. Mujurr…” kata Ethan dalam hati. Melihat Donna menggeliat-geliat keenakan dan sibuk mendesah-desah lupa akan blowjobnya, Ethan semakin aktif meremas-remas sepasang toked montok Donna. Kini dua tangan Ethan juga meremas-remas dan mempermainkan putting Donna sekaligus. Donna semakin belingsatan karena didera gelombang libido yang semakin memuncak. Tiba-tiba Ethan mengangkat badan Donna agar tegak lagi. Kemudian sambil merapikan kancing-kancing kemeja Donna yang terbuka 2 kancing lagi, Ethan berkata “Rumah lo yang mana neh? Udah di jalan ****”. Donna yang masih dibuai gairah birahi, agak bingung dengan pertanyaan Ethan dan berhentinya acara remas-meremas yang mulai memanas. “Eh, oh.. Rumah gue ya? Oo udah sampe sini toh” jawab Donna kebingungan dan jengah. “Itu rumah gue yang pagar coklat” tambah Donna sambil merapikan rambut dan pakaiannya. Nafas Donna masih agak tersengal-sengal karena pacuan birahi tadi. Ethan memarkir mobilnya di depan pagar rumah Donna yang megah. “Anak tajir ternyata. Gede amat rumahnya” batin Ethan. “Than, lo mampir ga?” tanya Donna setengah berharap. “Iyalah. Kan lo blum nuntasi gawean lo” jawab Ethan blak-blakan. “U-uh. Ternyata gara-gara itu doang ya lo mau mampirnya” jawab Donna merajuk, yang bikin Ethan tambah gemes dan horny. “Ya udah. Ayo masuk yuk” ajak Donna.


Weh, ternyata bokap-nyokapnya Donna ada di rumah. Lagi nonton film di ruang keluarganya yang simple tapi terlihat berkelas. Setelah dikenalkan dan basa-basi dikit, Ethan ditinggal di ruang tamu, bonyoknya Donna balik lagi nonton film. “Gue ganti baju dulu ya Than. Tunggu aja disini bentar” kata Donna sambil mengerdipkan mata. “He-eh” balas Ethan dengan tampang bodoh. “Anjrritt… Napa juga bonyoknya ada di rumah. Ga bisa ngikut ke kamarnya si Donna dong gue. Gimana nasih adek gue neh” runtuk Ethan dalam hati. Tiba-tiba seorang wanita setengah baya masuk ke ruang tamu sambil berkata “Neng Donna pesen, Mas Ethan diminta nunggu di taman samping. Minuman juga sudah Mbok taruh disana”. Diantar pembantu itu, Ethan melangkah ke luar rumah menuju taman di samping rumah. Ethan bersorak dalam hati melihat tempat yang dimaksud. Di pojok taman ada area kursi dan kolam kecil. Yang bikin Ethan bahagia, tempat tersebut terlindungi dari rumah karena dibalik pohon dan semak bunga-bungaan. Berbagai skenario mesum langsung berkelebat di benak Ethan.


Tiba-tiba mendengar suara langkah kaki mendekat. Donna muncul dengan hanya menggunakan kemeja putih kedodoran yang panjangnya hampir selututnya. Dua kancing atas tetap terbuka. Entah mengapa, penampilan yang diluar harapan Ethan ini malah membuat Donna terlihat lebih sensual. Nafas Ethan langsung memburu. Ethan berdiri menghampiri Donna. “Mau langsung dimulai nih Than?” tanya Donna lirih tapi sambil tersenyum malu-malu. “Ga usah Don. Lo lupain aja blowjobnya. Gue udah ga minat lagi” kata Ethan mengejutkan Donna. “Loh, gue pikir..”. Belum habis ucapan Donna, tangan Ethan sudah meraih pinggang Donna kedalam pelukannya, dan bibir Ethan melumat bibir Donna penuh nafsu. Beberapa saat Donna gelagepan, tapi langsung bisa mengimbangi. Tangan Ethan bergerak turun dan meremas-remas bongkahan pantat Donna, yang walaupun tidak semenonjol punya Dea tapi proporsional dan kencang. Ethan mendudukkan Donna di kursi taman, lalu dengan kasar membuka kemeja Donna. Sepasang toked besar dan bulat seperti melompat keluar. Mata Ethan melotot melihat ukuran toked Donna yang supersize seperti di film-film bokep. Impian jadi nyata! Karena cuma diliatin saja, Donna menjadi jengah “Cuma mo liatin aja Than?” “Sorry Don. Toked lo indah bener. Besar dan bulat” ujar Ethan jujur. Kedua tangan Ethan langsung meraup kedua bongkahan bulat tersebut dan meremas-remasnya dengan penuh nafsu. Gerakan memutar-mutar dari pangkal toked kemudia merucut ke putingnya, sambil diremas-remas dengan kasar. Donna sepertinya menyukai tokednya diperlakukan dengan kasar. Terbukti Donna langsung memejamkan mata dan mengeluarakan lenguhan tertahan “Uuuhh….sshhhh.. hmmmpppfff”. Puting Donna yang super sensitif tak lepas dari ransangan Ethan. Dipilin dan ditarik-tarik. Lalu lidah Ethan mulai menjilatinya, dan ditengahi oleh hisapan-hisapan dalam mulutnya.

 “Hhmmmppffff.. enak bangetttt.. Belum pernah susu gue diginiin ceracau Donna dalam hati. Sensasi lidah Ethan yang kasar di putih Donna, belum lagi gigitan-gigitan kecil, membuat sensasi gatal yang menyenangkan menyebar keseluruh tubuh. Mhemek Donna sudah mulai basah dan berkedut-kedut. Seperti bisa membaca tuntutan hati (dan mhemek Donna), jemari Ethan mulai menjamah selangkangan Donna. Celana dalam sutranya ternyata sudah basah. Jari tengah Ethan langsung menekan gundukan mhemek Donna dan menggeseknya kuat-kuat. Tubuh Donna agak melengkung oleh sensasi kenikmatan yang menjadi-jadi “Ouuhhh…. Etthhannn….” lenguh Donna yang mencapai orgasme pertamanya hari ini. Setelah kelonjotan kecil, Donna menarik napas panjang. “Gila Than, enak bangett..” bisik Donna di telinga Ethan. “Ini baru pemanasan Sayang” bisik Ethan sambil meloloskan celana dalam Donna.


Ethan mengambil posisi berjongkok di depan Donna yang duduk di kursi, di tengah-tengah paha Donna yg dipentangkan lebar oleh Ethan. “Eh, lo mo ngapain Than?” tanya Donna agak jengah karena muka Ethan hanya sejengkal dari bibir mhemeknya. Ethan tidak menjawab, tapi langsung mengangkat paha Donna lebih tinggi sehingga pantat Donna agak tarangkat dan mhemek lebih terekspos. Ethan melihat dua gundukan putih yang montok tanpa jembi dengan penuh nafsu. Tanpa tedeng aling-aling Ethan langsung melumat bibir mhemek Donna dengan semangat. “Ethann.. gue belum pernah diginiin..” jerit kecil Donna, sambil berusaha menjauhkan kepala Ethan dari selangkangannya. Tapi, Ethan tetap berkeras. Malah lidahnya mulai menyelusup ke dalam mhemek yang sudah basah kuyup itu, sambil menggerakkan lidahnya naik turun dengan cepat. “Fuahhhhhh… ahhh..ahhh.. ouuuuhhhh..” lenguh Donna lebih heboh lagi, karena rasa gatal yang sudah sempat terpuaskan tadi, muncul kembali dengan lebih dahsyat. Rasanya ada yang berusaha hendak keluar dari mhemeknya dan rasa itu berkumpul, bergetar, mengirimkan gelombang kenikmatan ke sekujur tubuh Donna. Tangan Donna kini tidak lagi berusaha menjauhkan kepala Ethan, malah menekannya semakin erat ke selangkangannya. Sambil menjilati klitoris Donna yang makin menonjol, jari tengah Ethan juga aktif mengocok lubang mhemek Donna. Suara becek berkecipakan, ditingkahi oleh lenguhan Donna yang dibanjiri oleh sensasi birahi yang semakin memuncak. SLEP..SLEP..SLEP..” Auhh.. Auhhh..

Ekkhhhhh…Ehhhhhffffmmpppp…” Donna mendesah keenakan. Kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan. Punggungnya semakin melengkung. Tidak sampai 5 menit, Donna sudah berkata “Than.. thann.. ehhmm.. gue mo kluar.. gue mo kluar..”kata Donna terbata-bata. Ethan cepat mengocok lubang mhemek yang smakin banjir. Dan…” OUUUHHHHHH….. HAAHHHHHHHHH…” jeritan orgasme Donna keluar seiring banjir cairan orgasmenya. Tidak ingin membiarkan Donna istirahat, ketika Donna mencapai orgasme, Ethan malah semakin kencang mengocok dan melumat klitori Donna. “AUUHHH… AHH.AHHH .. ETH..ETH..ANN…GUE GA KUATT…” rengek Donna yang dilanda gelombang orgasme 2 sekaligus… Pantat Donna sampai terangkat dan kelonjotan karena sensasi orgasme yang bertubi-tubi. Baru Ethan melepaskan rangsangannya. “Lebih enak lagi kan pas lo keluar yang kedua ini Don?” tanya Ethan sambil nyengir jail. Donna berusaha mengatur nafasnya yang memburu baru menjawab “Sialan lo Than.. Gue udah ga kuat, masih juga lo kocok-kocok vag|na gue”. Ini bedanya Donna sama Dea & Vani, walopun dipuncak nafsu, ga ada kata-kata vulgar yang keluar. Tapi harus dicek, goyangannya kalah ga sama mereka. “Tapi, lo demen kan. Ini pengalaman pertama lo capai orgasme seperti ini” balas Ethan. “Iya sih..” jawab Donna tersipu-sipu.


Ethan langsung melepaskan celananya dan celana dalamnya. Kontholnya yang sudah ngaceng dari tadi langsung mengacung tegak di hadapan Donna. Kedua tangan Ethan langsung mengangkan paha Donna lebar-lebar. Donna agak gelagepan “Eh..oh.. Lo mo ngelakuinnya di sini? Gue blow job aja ya Than” tawar Donna agak panik. Kalo urusan petting dan blowjob itu ok-lah, kalo urusan mhemeknya mau dipenetrasi jalan tol asing bukan milik cowoknya, itu beda lagi. Donna merasa belum siap. Apalagi melihat ukuran jalan tol Ethan yang jauh lebih besar dari jalan tol cowoknya. Tapi, Ethan nafsunya sudah diubun-ubun. Pantatnya semakin ditekan lagi ke arah selangkangan Donna. Walopun kedua tangan Donna berusah menahan gerakan pinggang Ethan, tapi tenaganya yang sudah terkuras orgasme-orgasme yang bertubi-tubi, tak mampu berbuat banyak. Sekejap saja, pal-kon Ethan sudah mencium bibir mhemek Donna, dan mulai menyeruak masuk. “Ethannnn… jangan dimasukinn..” erang Donna tanpa daya. Blesssh..! Palkon dan batang jalan tol Ethan masuk sebagian ke mhemek Donna yang sudah basah kuyup. Cairan peju dan pelumas Donna memudahkan batang jalan tol Ethan untuk melesak masuk. “Ummpppfff..” Donna agak tersedak karena sensasi benda asing yang sangat menyesaki dinding-dinding mhemeknya. “Busettt.. besar bangett.. vag|na gue penuh banget rasanya” erang Donna dalam hati. jalan tol Ethan mulai bergerak keluar masuk dengan teratur. Semakin lama semakin cepat. Karena mhemek Donna sempit, banyak cairan peju Donna yang ikut keluar ketika Ethan menarik kontholnya. Itupun kontholnya baru masuk setengahnya. Ethan tidak mau memaksa langsung membenamkan seluruh batangnya, karena Ethan ingin Donna terbiasa dulu dan ikut menikmatinya (walopun Ethan setengah mati nahan nafsu untuk langsung membenamkan dan masuk RPM tinggi).


Seiring semakin lancarnya gerak masuk-keluar jalan tol Ethan dalam mhemek Donna, semakin keras lenguhan birahi Donna terdengar. Kepalanya kembali menggeleng-geleng dengan heboh. Ethan langsung menancapkan penuh-penuh kontholnya dan dilanjutkan dengan kocokan gigi 4. “Hhh..Hhh.. Hhh.. sempit banget mhemek lo Don.. jalan tol gue kaya diperet-peret. Lo jarang ngenthot ya?” ujar Ethan penuh birahi, ditambah pemandangan raut muka Donna yang diliputi nafsu dan goncangan kedua tokednya yang bergerak naik turun tidak karuan karena goyangan Ethan. Ucapan Ethan yang vulgar membuat sensasi gatal di sekujur selangkangan Donna semakin menghebat. “AHHHH.. AHHH… OUUHH..OUUGGHHHH…! Donna melenguh hebat ketika rasa gatal di mhemeknya digaruk-garuk kasar oleh jalan tol Ethan, sehingga meledak tanpa bisa dibendung. Orgasmenya kali ini lebih hebat dari yang sebelum-sebelumnya. Dengan masih membiarkan kontholnya di dalam mhemek Donna, Ethan mengangkat Donna dan dibaringkan di atas rumput. Dengan posisi yang lebih nyaman ini, Ethan semakin ganas mengocok dan mengobel-ngobel mhemek Donna. Gerakan naik turun pantatnya, diselingi gerakan memutar-mutar yang heboh, membuat Donna memasuki fase birahi yang lebih tinggi lagi. “AHHH.. AHH.. ENAK BANGET THAN.. ENAK BANGETT..!! jerit Donna penuh nafsu. Toked Donna yang mengkal sudah penuh bekas cupangan Ethan yang tidak bosan-bosannya mengerjai sepasang toked melon itu. Selama 10 menit, Donna mengalami dua orgasme lagi, yang dicapainya nyaris tanpa jeda karena Ethan tetap menggenjot dengan torsi tinggi ketika Donna keluar.


“Than.. than.. break bhentar..uhhmm. bentar aja” pinta Donna tersengal-sengal. Ethan menghentikan goyangannya, dan menarik keluar kontholnya. Donna memanfaatkan waktu itu untuk memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam. Kepalanya terasa ringan karena sensasi orgasme yang bertubi-tubi. Rasa bahagia dan nikmat masih meliputi seluruh tubuhnya, sehingga udara dingin malam tidak terasa. Tiba-tiba Donna merasa tubuhnya dimiringkan ke kanan dan kaki kirinya diangkat lebar-lebar. Membuka matanya, Donna melihat Ethan sedang berusaha memasukkan kontholnya dalam posisi menyamping. “Eh, lo masih pingin ya than. Jangan keras-keras ya Than” pinta Donna merajuk. Tapi, mana mungkin Ethan memenuhi permintaan seperti ini. Palkonnya sudah terasa semakin berdenyut-denyut dan semakin gatal ingin digaruk oleh mhemek sempit Donna. Tanpa tedeng aling-aling Ethan langsung membenamkan seluruh batang kontholnya “BLESSS..SLEPPP..” . “AUUHHH….” Pekik Donna kaget. Dalam posisi menyamping begini, jalan tol Ethan masuk lebih dalam dan lebih mudah menggesek-gesek g-spot Donna. Tangan kirinya pun lebih mudah meraih toked Donna. Sambil meremas toked Donna, Ethan menggerakkan pinggulnya maju-mundur dengan kecepatan tinggi. PLAK..PLAK.. PLAK.. SLEPPHH..SLEPPHH.. “Damn, mhemek lo kok makin sempit aja Don” maki Ethan keenakan. Donna sebenarnya sadar kenapa Ethan merasa mhemeknya semakin sempit. Itu karena aliran spema Ethan sudah berada di batangnya dan siap menyembur keluar. Berlawanan dengan akal sehatnya yang menyuruhnya mendorong Ethan menjauh dan melepaskan kontholnya, Donna malah semakin heboh melenguh dan bergoyang sedapatnya “YESS.. YESS… OUUUHHMMMMM..OUUHHHGGHHHH…”. Rasa gatal yang memuncak dan berkumpul di mhemeknya membuat Donna semakin histeris ingin cepat-cepat dipuaskan. Tiba-tiba Ethan meremas toked Donna kuat-kuat, dan menekan kuat-kuat kontholnya ke dalam mhemek Ethan, sambil melenguh puas jalan tol Ethan menyemburkan pejunya kuat-kuat “AOOUUUUHHH… HHHEEHHHHHH.. Enakknnyaa…”. Lenguhan Donna yang lebih keras lagi menandakan Donna mencapai klimaksnya. Semprotan peju dan tekanan kuat jalan tol Ethan menjebol dinding pertahanan Donna

“OOOAAAHHH..HHAHHHHHHHH….Ahh..AHH..AHH..”. Donna kelonjotan selama beberapa saat sampai akhirnya tenang setelah badai orgasme berlalu.
“Gila lo Than. Baru kali ini gue ngalamin seks kaya gini. Ternyata nikmatnya luar biasa” bisik Donna lirih pada Ethan yang terlentang di sebelahnya. “Gue juga nikmatin banget Don. Ga nyangka lo jago goyangnya, dan mhemek lo peret banget. Blum pernah gue lemes kaya gini sehabis ngenthot (ini jelas boong)” balas Ethan. Mendengar itu, Donna agak bersemu merah “Gue harusnya bangga, gitu” balas Donna, yang maunya pedes tapi senyum malu-malunya menghapus kesan judesnya. “Untung sekarang bukan masa subur gue” rajuk Donna lagi. “Thanks ya sexy” kata Ethan lembut sambil mengecup bibir Donna. Donna tersenyum manissss sekali. “Sayang, lo udah punya cowok. Ga enak gue ganggu lo lagi setelah ini” tambah Ethan. Donna diam aja. Setelah bebenah dan bersih-bersih dikit, Ethan pamit pulang kepada bonyok Donna. Ketika berpisah di pagar depan, sambil mengecup ringan Donna, Ethan masih sempat meremas toked Donna sekali.


Esoknya. Sehabis kuliah jam pertama, Ethan beranjak menuju kantin. Tiba-tiba HP nya berbunyi. Dea nelpon. “Ngapain ni Anak? Kurang puas kali sama Roy” pikir Ethan. “Halo, apaan De?” sapa Ethan. Suara Dea yang tinggi langsung terdengar “Hei, kupret. Lo apain si Donna kemaren hah?” damprat Dea. “Lah, emang napa? Gue ga apa-apain kok” jawab Ethan berusaha keliatan innocent. “Dia mutusin si Sinyo cowo-nya barusan”. “Hah?” jawab kaget Ethan. “ puji syukur. Kalo jodoh emang ga kemana ya” ucap Ethan dalam hati sambil membelai selangkangannya.

Itulah Cerita Dewasa 2013 Menghayal Seks dengan Dia yang telah sobat saksikan bersama. Cukup sekian dulu untuk artikel yang telah palingasik.com berikan kali ini, terus kunjungi situs kami yang beralamat di www.palingasik.com. Terima kasih sudah melihat Cerita Dewasa 2013,cerita seks paling baru 2013cerita khusus dewasa terbaru. Sampai jumpa kembali diartikel selanjutnya.

DMCA.comJudul : Cerita Dewasa 2013 Menghayal Seks dengan Dia
Deskripsi : Cerita Dewasa 2013 Menghayal Seks dengan Dia - Hallo bro kembali lagi nih di postingan yang akan pa...
{ Read More }


Cerita Dewasa ABG SMA Main Seks


Cerita Dewasa ABG SMA Main Seks

End 15 Agustus 2013End 13 Juni 2013
Cerita Dewasa ABG SMA Main Seks - Cerita Seks 2013 Terbaru Diana Siswi SMA Main Seks - Memori yang tak dapat kulupakan. Namaku Ray, aku bekerja di sebuah harian ibukota. Baiklah ceritanya begini...

Cerita Dewasa ABG SMA

Cerita Dewasa ABG SMA

"Mas Ray..., aahh..., mmhhaahh..., Aahh..." Dia kelojotan. Kurasakan lubang kemaluannya hangat, menegang dan mengejut-ngejut menjepit batang kemaluanku.
"aahh..., gila..., Ini nikmat sekali..." Teriakku.

Cerita Dewasa Terbaru - Malam itu tanggal 2 Juni 1999 sekitar pukul 21.30. Aku di dalam mobilku sedang keliling-keliling kota Jakarta. Rencananya aku hendak meliput persiapan kampanye partai-partai yang katanya sudah ada di seputar HI. Aneh, kampanye resminya besok, tapi sudah banyak yang bercokol di putaran HI sejak malam ini. Kelihatannya mereka tidak mau kalah dengan partai-partai lain yang kemarin dan hari ini telah memanjat patung selamat datang, memasang bendera mereka di sana. Tercatat pp, PND, PBB, PKB, PAN dan PK telah berhasil. Dengan korban beberapa orang tentu saja. Entah apa yang dikejar mereka, para simpatisan itu. Kebanggaan? Atau sebuah ketololan. Kalau ternyata mereka tewas atau cedera, berartikah pengorbanan mereka? Apakah para ketua partai itu kenal sama mereka? Apakah pemimpin partai itu menghargai kenekadan mereka? Lho, kok aku bicara politik. Biarinlah. Macam-macam saja ulah mereka, maklumlah sudah saat kampanye terakhir
buat partai-partai di Jakarta ini.

Di depan kedutaan Inggris aku parkirkan mobilku, bersama banyak mobil lainnya. Memang aku lihat ada beberapa kelompok, masing-masing dengan bendera partai mereka dan atribut yang bermacam-macam. Aku keluarkan kartu persku, tergantung di leher. Juga Nikon, kawan baik yang menjadi sumber nafkahku. Aku mendekati kerumunan simpatisan partai. Bergabung dengan mereka. Berusaha mencari informasi dan momen-momen penting yang mungkin akan terjadi.

Saat itulah pandanganku bertemu dengan tatap mata seorang gadis yang bergerombol dengan teman-temannya di atap sebuah mini bus. Wajahnya yang cantik tersenyum kepadaku. Gadis itu memakai kaos partai yang mengaku reformis,---aku rahasiakan saja baiknya---yang telah dipotong sedikit bagian bawahnya, sehinggs seperti model tank top, sedangkan bawahannya memakai mini skirt berwarna putih. Di antara teman-temannya, dia yang paling menonjol. Paling lincah, paling menarik.

"Mas, Mas wartawan ya?" katanya kepadaku.
"Iya".
"Wawancarai kita dong", Salah seorang temannya nyeletuk.
"Emang mau?".
"Tentu dong. Tapi photo kita dulu..."
Mereka beraksi saat kuarahkan kameraku kepada mereka. Dengan lagak dan gaya masing-masing mereka berpose.
"Kenapa sudah ada di sini, sih? Bukankah ____ (nama partai) baru besok kampanyenya?".
"Biarin Mas, daripada besok dikuasai partai lain?".
"Memang akan terus di sini? Sampai pagi?".
"Iya, demi ____ (nama partai), kami rela begadang semalaman."
"Hebat."
"Mas di sini aja, Mas. Nanti pasti ada lagi yang ingin manjat tugu selamat datang." Kata gadis yang menarik perhatianku itu.

Aku pun duduk dekat mereka, berbincang tentang pemilu kali ini. Harapan-harapan mereka, tanggapan mereka, dan pendapat mereka. Mereka lumayan loyal terhadap partai mereka itu, walaupun tampak sedikit kecewa, karena pemimpin partai mereka itu kurang berani bicara. Padahal diproyeksikan untuk menjadi calon presiden. Aku maklum, karena tahu latar belakang pemimpin yang mereka maksudkan itu.

"Eh, nama kalian siapa?" Tanyaku, "Aku Ray."
"Saya Diana." Kata cewek manis itu, lalu teman-temannya yang lain pun menyebut nama. Kami terus bercakap-cakap, sambil minum teh botol yang dijual pedagang asongan.

Waktu terus berlalu. Beberapa kali aku meninggalkan mereka untuk mengejar sumber berita. Malam itu bundaran HI didatangi Kapolri yang meninjau dan 'menyerah' melihat massa yang telah bergerombol untuk pawai dan kampanye, karena jadwal resminya adalah pukul 06.00 - 18.00.

Saat aku kembali, gerombolan Diana masih ada di sana.

"Saya ke kantor dulu ya, memberikan kaset rekaman dan hasil photoku. Sampai ketemu." Pamitku.

"Eh, Mas, Mas Ray! Kantornya "x" (nama koranku), khan. Boleh saya menumpang?" Diana berteriak kepadaku.

"Kemana?"
"Rumah. Rumah saya di dekat situ juga."
"Boleh saja." Kataku, "Tapi katanya mau tetap di sini? Begadang?"
"Nggak deh. Ngantuk. Boleh ya? Gak ada yang mau ngantarin nih."

Aku pun mengangguk. Tapi dari tempatku berdiri, aku dapat melihat di dalam mini bus itu ada sepasang remaja berciuman.

Benar-benar kampanye, nih? Sama saja kejadian waktu meliput demontrasi mahasiswa dulu. Waktu teriak, ikutan teriak. Yang pacaran, ya pacaran. (Ini cuma sekedar nyentil, lho. Bukan menghujat. Angkat topi buat gerakan mahasiswa kita! Peace!)

Diana menggandengku. Aku melambai pada rekan-rekannya.

"Diana! Pulang lho! Jangan malah..." Teriak salah seorang temannya.

Diana cuma mengangkat tinjunya, tapi matanya kulihat mengedip.

Lalu kami pun menuju mobilku. Dengan lincah Diana telah duduk di sampingku. Mulutnya berkicau terus, bertanya-tanya mengenai profesiku. Aku menjawabnya dengan senang hati. Terkadang pun aku bertanya padanya. Dari situ aku tahu dia sekolah di sebuah SMA di daerah Bulungan, kelas 2. Tadi ikut-ikutan teman-temannya saja. Politik? Pusing ah mikirinnya.

Usianya baru 17 tahun, tapi tidak mendaftar pemilu tahun ini. Kami terus bercakap-cakap. Dia telah semakin akrab denganku.

"Kamu sudah punya pacar, belum?" Tanyaku.
"Sudah." Nadanya jadi lain, agak-agak sendu.
"Tidak ikut tadi?"
"Nggak."
"Kenapa?"
"Lagi marahan aja."
"Wah.., gawat nih."
"Biarin aja."
"Kenapa emangnya?"
"Dia ketangkap basah selingkuh dengan temanku, tapi tidak mengaku."
"Perang, dong?"
"Aku marah! Eh dia lebih galak."
"Dibalas lagi dong. Jangan didiemin aja."
"Gimana caranya?" Tanyanya polos.
"Kamu selingkuh juga." Jawabku asal-asalan.
"Bener?"
"Iya. Jangan mau dibohongin, cowok tu selalu begitu."
"Lho, Mas sendiri cowok."
"Makanya, aku tak percaya sama cowok. Sumpah, sampai sekarang aku tak pernah pacaran sama cowok. Hahaha."

Dia ikut tertawa.

Aku mengambil rokok dari saku depan kemejaku, menyalakannya. Diana meminta satu rokokku. Anak ini badung juga. Sambil merokok, dia tampak lebih rileks, kakinya tanpa sadar telah nemplok di dashboardku. Aku merengut, hendak marah, tapi tak jadi, pahanya yang mulus terpampang di depanku, membuat gondokku hilang.

Setelah itu aku mulai tertarik mencuri-curi pandang. Diana tak sadar, dia memejamkan mata, menikmati asap rokok yang mengepul dan keluar melalui jendela yang terbuka. Gadis ini benar-benar cantik. Rambutnya panjang. Tubuhnya indah. Dari baju kaosnya yang pendek, dapat kulihat putih mulus perutnya. Dadanya mengembang sempurna, tegak berisi.
Tanpa sadar penisku bereaksi.

Aku menyalakan tape mobilku. Diana memandangku saat sebuah lagu romantis terdengar.

"Mas, setelah ini mau kemana?"
"Pulang. Kemana lagi?"
"Kita ke pantai saja yuk. Aku suntuk nih." Katanya menghembuskan asap putih dari mulutnya.
"Ngapain"
"Lihat laut, ngedengerin ombak, ngapain aja deh. Aku males pulang jadinya. Selalu ingat Ipet, kalau aku sendirian."
"Ipet?"
"Pacarku."
"Oh. Tapi tadi katanya ngantuk?"
"Udah terbang bersama asap." Katanya, tubuhnya doyong ke arahku, melingkarkan lengan ke bahuku, dadanya menempel di pangkal tangan kiriku. Hangat.

"Bolehlah." Kataku, setelah berpikir kalau besok aku tidak harus pagi-pagi ke kantor. Jadi setelah mengantar materi yang kudapat kepada rekanku yang akan membuat beritanya, aku dan Diana menuju arah utara. Ancol! Mana lagi pantai di Jakarta ini.

Aku parkirkan mobil Kijangku di pinggir pantai Ancol. Di sana kami terdiam, mendengarkan ombak, begitu istilah Diana tadi. Sampai setengah jam kami hanya berdiam. Namun kami duduk telah semakin rapat, sehingga dapat kurasakan lembutnya tubuh yang ada di sampingku.
Tiba-tiba Diana mencium pipiku.
"Terima kasih, Mas Ray."
"Untuk apa?"
"Karena telah mau menemani Diana."

Aku hanya diam. Menatapnya. Dia pun menatapku. Perlahan menunduk. Kunikmati kecantikan wajahnya. Tanpa sadar aku raih wajahnya, dengan sangat perlahan-lahan kudekatkan wajahku ke wajahnya, aku cium bibirnya, lalu aku tarik lagi wajahku agak menjauh. Aku rasakan hatiku tergetar, bibirku pun kurasakan bergetar, begitu juga dengan bibirnya. Aku tersenyum, dan ia pun tersenyum. Kami berciuman kembali. Saat hendak merebahkannya, setir mobil menghalang gerakan kami. Kami berdua pindah ke bangku tengah Kijangku. Aku cium kening Diana terlebih dahulu, kemudian kedua matanya, hidungnya, kedua pipinya, lalu bibirnya. Diana terpejam dan kudengar nafasnya mulai agak terasa memburu, kami berdua terbenam dalam ciuman yang hangat membara. Tanganku memegang dadanya, meremasnya dari balik kaos tipis dan bhnya.

Sesaat kemudian kaos itu telah kubuka. Aku arahkan mulutku ke lehernya, ke pundaknya, lalu turun ke buah dadanya yang indah, besar, montok, kencang, dengan puting yang memerah. Tanganku membuka kaitan BH hitamnya. Aku mainkan lidahku di puting kedua buah dadanya yang mulai mengeras. Yang kiri lalu yang kanan.

"Mas Ray, kamu tau saja kelemahan saya, saya paling nggak tahan kalo dijilat susu saya..., aahh...".

Aku pun sudah semakin asyik mencumbu dan menjilati puting buah dadanya, lalu ke perutnya, pusarnya, sambil tanganku membuka mini skirtnya.
Terpampanglah jelas tubuh telanjang gadis itu. Celana dalamnya yang berwarna hitam, menerawangkan bulu-bulu halus yang ada di situ. Kuciumi daerah hitam itu.

Aku berhenti, lalu aku bertanya kepada Diana
"Diana kamu udah pernah dijilatin itunya?"
"Belum..., kenapa?".
"Mau nyoba nggak?".
Diana mengangguk perlahan.

Takut ia berubah pikiran, tanpa menunggu lebih lama lagi langsung aku buka celana dalamnya, dan mengarahkan mulutku ke kemaluan Diana yang bulunya lebat, kelentitnya yang memerah dan baunya yang khas. Aku keluarkan ujung lidahku yang lancip lalu kujilat dengan lembut klitorisnyana.

Beberapa detik kemudian kudengar desahan panjang dari Diana
"sstt... Aahh!!!"
Aku terus beroperasi di situ
"aahh..., Mas Ray..., gila nikmat bener..., Gila..., saya baru ngerasain nih nikmat yang kayak gini..., aahh..., saya nggak tahan nih..., udah deh..."

Lalu dengan tiba-tiba ia menarik kepalaku dan dengan tersenyum ia memandangku. Tanpa kuduga ia mendorongku untuk bersandar ke bangku, dengan sigapnya tangannya membuka sabuk yang kupakai, lalu membuka zipper jins hitamku. Tangannya menggapai kemaluanku yang sudah menegang dan membesar dari tadi. Lalu ia memasukkan batang kemaluanku yang besar dan melengkung kedalam mulutnya.
"aahh..." Lenguhku

Kurasakan kehangatan lidah dalam mulutnya. Namun karena dia mungkin belum biasa, giginya beberapa kali menyakiti penisku.

"Aduh Diana, jangan kena gigi dong..., Sakit. Nanti lecet..."

Kuperhatikan wajahnya, lidahnya sibuk menjilati kepala kemaluanku yang keras, ia jilati melingkar, ke kiri, ke kanan, lalu dengan perlahan ia tekan kepalanya ke arahku berusaha memasukkan kemaluanku semaksimal mungkin ke dalam mulutnya. Namun hanya seperempat dari panjang kemaluanku saja kulihat yang berhasil terbenam dalam mulutnya.

"Ohk!.., aduh Mas Ray, cuma bisa masuk seperempat..."
"Ya udah Diana, udah deh jangan dipaksaain, nanti kamu tersedak."

Kutarik tubuhnya, dan kurebahkan ia di seat Kijangku. Lalu ia membuka pahanya agak lebar, terlihat samar-samar olehku kemaluannya sudah mulai lembab dan agak basah. Lalu kupegang batang kemaluanku, aku arahkan ke lubang kemaluannya. Aku rasakan kepala kemaluanku mulai masuk perlahan, kutekan lagi agak perlahan, kurasakan sulitnya kemaluanku menembus lubang kemaluannya.

Kudorong lagi perlahan, kuperhatikan wajah Diana dengan matanya yang tertutup rapat, ia menggigit bibirnya sendiri, kemudian berdesah.
"sstt..., aahh..., Mas Ray, pelan-pelan ya masukkinnya, udah kerasa agak perih nih..."

Dan dengan perlahan tapi pasti kudesak terus batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Diana, aku berupaya untuk dengan sangat hati-hati sekali memasukkan batang kemaluanku ke lubang vaginanyana. Aku sudah tidak sabar, pada suatu saat aku kelepasan, aku dorong batang kemaluanku agak keras. Terdengar suara aneh. Aku lihat ke arah batang kemaluanku dan kemaluan Diana, tampak olehku batang kemaluanku baru setengah terbenam kedalam kemaluannya. Diana tersentak kaget.

"Aduh Mas Ray, suara apaan tuh?"
"Nggak apa-apa, sakit nggak?"
"Sedikit..."
"Tahan ya.., sebentar lagi masuk kok..."

Dan kurasakan lubang kemaluan Diana sudah mulai basah dan agak hangat. Ini menandakan bahwa lend*r dalam kemaluan Diana sudah mulai keluar, dan siap untuk penetrasi. Akhirnya aku desakkan batang kemaluanku dengan cepat dan tiba-tiba agar Diana tidak sempat merasakan sakit, dan ternyata usahaku berhasil, kulihat wajah Diana seperti orang yang sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa, matanya setengah terpejam, dan sebentar-sebentar kulihat mulutnya terbuka dan mengeluarkan suara. "sshh..., sshh..."
Lidahnya terkadang keluar sedikit membasahi bibirnya yang sensual. Aku pun merasakan nikmat yang luar biasa. Kutekan lagi batang kemaluanku, kurasakan di ujung kemaluanku ada yang mengganjal, kuperhatikan batang kemaluanku, ternyata sudah masuk tiga perempat kedalam lubang kemaluan Diana.

Aku coba untuk menekan lebih jauh lagi, ternyata sudah mentok..., kesimpulannya, batang kemaluanku hanya dapat masuk tiga perempat lebih sedikit ke dalam lubang kemaluan Diana. Dan Diana pun merasakannya.
"Aduh Mas Ray, udah mentok, jangan dipaksain teken lagi, perut saya udah kerasa agak negg nih, tapi nikmat…., aduh..., barangmu gede banget sih Mas Ray..."

Aku mulai memundur-majukan pantatku, sebentar kuputar goyanganku ke kiri, lalu ke kanan, memutar, lalu kembali ke depan ke belakang, ke atas lalu ke bawah. Kurasakan betapa nikmat rasanya kemaluan Diana, ternyata lubang kemaluan Diana masih sempit, walaupun bukan lagi seorang perawan. Ini mungkin karena ukuran batang kemaluanku yang menurut Diana besar, panjang dan kekar. Lama kelamaan goyanganku sudah mulai teratur, perlahan tapi pasti, dan Diana pun sudah dapat mengimbangi goyanganku, kami bergoyang seirama, berlawanan arah, bila kugoyang ke kiri, Diana goyang ke kanan, bila kutekan pantatku Diana pun menekan pantatnya.

Semua aku lakukan dengan sedikit hati-hati, karena aku sadar betapa besar batang kemaluanku untuk Diana, aku tidak mau membuatnya menderita kesakitan. Dan usahaku ini berjalan dengan mulus. Sesekali kurasakan jari jemari Diana merenggut rambutku, sesekali kurasakan tangannya mendekapku dengan erat.

Tubuh kami berkeringat dengan sedemikian rupa dalam ruangan mobil yang mulai panas, namun kami tidak peduli, kami sedang merasakan nikmat yang tiada tara pada saat itu. Aku terus menggoyang pantatku ke depan ke belakang, keatas kebawah dengan teratur sampai pada suatu saat.
"Aahh Mas Ray..., agak cepet lagi sedikit goyangnya..., saya kayaknya udah mau keluar nih..."

Diana mengangkat kakinya tinggi, melingkar di pinggangku, menekan pantatku dengan erat dan beberapa menit kemudian semakin erat..., semakin erat..., tangannya sebelah menjambak rambutku, sebelah lagi mencakar punggungku, mulutnya menggigit kecil telingaku sebelah kanan, lalu terdengar jeritan dan lenguhan panjang dari mulutnya memanggil namaku.

"Mas Ray..., aahh..., mmhhaahh..., Aahh..." Dia kelojotan. Kurasakan lubang kemaluannya hangat, menegang dan mengejut-ngejut menjepit batang kemaluanku.

"aahh..., gila..., Ini nikmat sekali..." Teriakku.
Baru kurasakan sekali ini lubang kemaluan bisa seperti ini. Tak lama kemudian aku tak tahan lagi, kugoyang pantatku lebih cepat lagi keatas kebawah dan, Tubuhku mengejang.

"Mas Ray..., cabut..., keluarin di luar..."
Dengan cepat kucabut batang kemaluanku lalu sedetik kemudian kurasakan kenikmatan luar biasa, aku menjerit tertahan
"aahh..., ahh..." Aku mengerang.
"Ngghh..., ngghh.."

Aku pegang batang kemaluanku sebelah tangan dan kemudian kurasakan muncratnya air maniku dengan kencang dan banyak sekali keluar dari batang kemaluanku.


Chrootth..., chrootthh..., crothh..., craatthh..., sebagian menyemprot wajah Diana, sebagian lagi ke payudaranya, ke dadanya, terakhir ke perut dan pusarnya.
Kami terkulai lemas berdua, sambil berpelukan.

"Mas Ray..., nikmat banget main sama kamu, rasanya beda sama kalo saya gituan sama Ipet. Enakan sama kamu. Kalau sama Ipet, saya tidak pernah orgasme, tapi baru sekali disetubuhi kamu, saya bisa sampai, barang kali karena barang kamu yang gede banget ya?" Katanya sambil membelai batangku yang masih tegang, namun tidak sekeras tadi.

"Saya nggak bakal lupa deh sama malam ini, saya akan inget terus malem ini, jadi kenangan manis saya"

Aku hanya tersenyum dengan lelah dan berkata "Iya Diana, saya juga, saya nggak bakal lupa".

Kami pun setelah itu menuju kostku, kembali memadu cinta. Setelah pagi, baru aku mengantarnya pulang. Dan berjanji untuk bertemu lagi lain waktu.
DMCA.comJudul : Cerita Dewasa ABG SMA Main Seks
Deskripsi : Cerita Dewasa ABG SMA Main Seks - Cerita Seks 2013 Terbaru Diana Siswi SMA Main Seks - Memori ya...
{ Read More }


IconIconIconFollow Me on Pinterest